Sekolah di Pinggiran Tidak Selalu Buruk
Tawa menggema mengisi ruang kelas. Gemuruh celoteh dari
banyak kepala terasa ramai. Yah, ini adalah jam istirahat sekolah. Ada juga
sebagian yang duduk di meja, duduk berhadapan sambil ngobrol, ngrumpi. Sementara,
sebagian lagi sedang ke gubuk tua di samping sekolah. Gubuk yang terbuat dari
anyaman bambu yang hampir reot. Gubuk itu adalah kantin satu-satunya yang ada disekolah
kami. Ada pula yang berseliweran jalan santai masuk menuju kelas sambil
menenteng es jeruk diplastik 1 kg yang ada sedotan. Ada sebagian lagi berlari
saling kejar-kejaran entah karena apa.
Sementara aku, tipe pelajar yang duduk di meja sekedar
ngobrol sambil menunggu jam masuk sekolah. Jika punya uang, sesekali ke kantin.
Meskipun suasana riuh, sebenarnya sekolah kita bukanlah sekolah yang populer
tetapi terpinggirkan.
Dari segi bangunan, tidak seperti bangunan sekolah yang
dikisahkan di Laskar Pelanggi. Gedung sekolah kita lebih baik. Sudah berdinding
bata, beratap genteng dan berlantai ubin. Hanya saja, memang murid yang sekolah
di sekolah kami saat itu memang sedikit.
Mungkin karena berada di perbatasan daerah. Kala itu, masyarakat
memiliki pemikiran maju. Para orang tua menginginkan anak-anak mereka sekolah
di sekolah favorit, sekolah di kawasan perkotaan. Mereka rela menempuh jarak
jauh, demi mengejar sekolah vaforit. Mereka juga rela tinggal dekat sekolah
bergengsi agar masuk dalam zonasi atau apalah itu namannya.
Mereka sangat memperhitungkan masa depan anak-anak mereka. Itu
hal wajar. Mereka sangat ingin anaknya menjadi alumni sekolah bergengsi. Ada juga
yang bertujuan, agar anaknya bisa masuk ke perguruan tinggi negeri yang sesuai
jurusan yang mereka idamkan. Itu pun juga tidak salah dan sah-sah saja.
Sementara, saya lahir dari keluarga kaum sangat-sangat
mendang-mending. Cuma sekedar yang penting bisa sekoklah sudah bersyukur. Dulu tidak
seperti sekarang, yang biaya pendidikan masih mandiri. Sedikit biasiswa yang
ditawarkan. Dan sekolah-sekolah swasta yang tidak bergensi seperti sekolah kita
inilah yang terkena dampak. Hanya sedikit yang mau masuk ke sekolah swasta
kami.
Satu kelas angkatan saya di tahun itu hanya 18 siswa. Meskipun
demikian, saya justru merasa bersyukur. Berkat siswa yang sedikit justru
memiliki kedekatan emosional antara guru dan murid. Setiap guru mengenal dan
intens dengan murid-muridnya. Tentu ini hal istimewa bagi saya yang secara
akademik selalu rangkin 1 dari bawah.
Jika mengandai-andai, seandainya saya sekolah ke sekolah
favorit dengan kapasitas akademik saya, sudah dapat dipastikan saya jadi
buangan, tidak di kenal, dan seperti angin berhembus, berlalu saja kemudian di
lupakan. Tetapi di sekolah yang kata orang nyaris tutup, saya justru merasa
hangat.
Di sekolah ini, saya merasa hangat dan ada memori indah. Meskipun
sebenarnya jurusan sekolah ini adalah neraka bagiku. Jadi hanya ada dua jurusan
yang ditawarkan, yaitu penjualan dan akuntansi. Jurusan yang saya ambil jurusan
Akuntansi. Sementara, kecerdasan matematika saya dari SD bagus banget dari
bawah. Selama tiga tahun, saya tersisak mempelajari akuntansi. Dan ini
pelajaran, agar tidak memaksakan jurusan pada anak yang tidak sesuai minat
bakat anak. Meskipun selama tiga tahun di SMK merasa tersiksa dengan teori
akuntansi, masih banyak sisi kehangatan para pengajar, minimal ada kenangan
manis di sini.
Terkadang, sesuatu yang buruk bagi orang lain, tidak selalu
buruk bagi sebagian kecil orang yang lain. ketika sebagian besar memandang
terpinggirkan, tetapi bagi saya sekolah
ini adalah sarana. Coba bayangkan, nilai akademik memprihatinkan, tetapi saya beberapakali
mendapatkan kesempatan mengikuti ajang perlombaan tingkat kabupaten.
Jika saya sekolah di tempat bergengsi, sudah pasti tidak ada
kesempatan seperti demikian. Dan sudah seharusnya, ini hal yang harus saya syukuri.
Memang saat mengikuti ajang perlombaan, sudah jelas bukan saya yang menjadi
juara pertama. Tetapi, dari perspektif keuntungan saya sendiri, saya
mendapatkan pengalaman dan melatih mental.

No comments: