Ketika Kain Perca Berubah Jadi Perusahaan
Mega mencoba merapihkan pakaian miliknya yang sudah hampir tidak layak untuk digunakan, warnanya sudah pudar, jahitannya pun banyak yang sudah tambal sulam. Untuk memenuhi sebagian keinginan untuk berpakaian layak, gadis sebatang kara tersebut terpaksa rela menambal pakaiannya yang sudah tak layak.
Foto: Irukawa Elisa
Hidup
sebagai pekerja serabutan yang tak mengenal bangku sekolah, Omega sama sekali
tidak mengenal arti fashion atau aksesoris. Yang ia tahu, ia hanya memiliki
beberapa pasang baju yang selalu ia gunakan setiap hari untuk bekerja.
Meski
begitu, Mega adalah gadis miskin yang memiliki impian besar. Ia ingin memiliki
usaha butik atau aksesoris sendiri, dimana ia bisa menjahit baju-baju yang
bagus atau merangkai aksesoris-aksesoris dengan tangannya sendiri.
Perjalanan
hidup Mega memang sangat keras. Ayahnya meninggal di rampok ketika ia masih
didalam perut. Sedangkan ibunya meninggal setelah ia berumur 5 tahun, ia
kemudian di asuh sang nenek yang pada akhirnya juga mati di rampok.
Dulu
keluarga Mega sebenarnya orang yang cukup mapan, namun karena mereka sangat
sombong dan kikir mungkin mereka menerima azab. Hampir satu keluarga meninggal
karena kejahatan yang berhubungan dengan harta. Setelah semua keluarganya
meninggal terkecuali dirinya, Mega baru menyesali perbuatannya selama ini dan
berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Kemudian
Ia diasuh tetangga yang iba sampai usia 10 tahun, setelah itu ia hidup sendiri
di rumah peninggalan orang tuanya. Rumah yang dulu paling bagus itu kini
menjadi rumah paling tua dan buruk. Tapi begitulah, berteduh di rumah sendiri
membuat Mega sangat tegar bahkan sangat keras seperti seorang lelaki.
Sampai
saat usia remaja itu ia sering menghajar anak-anak yang ingin berbuat jahat padanya.
Ya, lagi-lagi dari bantuan tetangganya yang megasuhnya dulu ia mulai dikenalkan
ke beberapa orang yang bisa mempekerjakannya. Kadang sebagai tukang cuci,
kadang pembantu di toko dan kadang menjadi kuli memasang kancing baju di sebuah
usaha konveksi.
Satu
yang bisa membuat Mega bertahan adalah ia pekerja keras dan tidak pernah malas.
Meski dibayar murah ia selalu bekerja dengan senang dan sungguh–sungguh. Karena
itu banyak yang suka kepadanya. Ia paling suka ketika ia diminta untuk bekerja
di konveksi, pekerjaan apapun ia sangat senang, bahkan sering ia dengan suka
rela membantu pemilik konveksi dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya
tersebut.
Sebagai
imbalan, ia hanya meminta potongan-potongan kain yang sudah tidak dipakai dan
akan dibuang. “Untuk apa Mega, itu kan sampah”, ucap pemilik konveksi. “Tidak
apa bu, ini untuk mainan saja”, jawabnya. “Kamu ini ada–ada saja, ya sudah kamu
ambil saja yang kamu butuhkan, setelah itu tolong kamu kumpulkan sisanya
dibagian belakang”, lanjut pemilik konveksi.
Sekali
dua kali ia hanya memilih sebagian potongan kain itu, tetapi suatu hari ia
mendapatkan ide yang sangat bagus dan ia meminta semua sisa potongan kain
tersebut. Sang pemilik konveksi pun mengijinkan ia membawanya.
Rupanya
ia punya ide untuk membuat pakaian dan aksesoris dari potongan kain tersebut.
Di rumah ia mulai memilih dan memilih potongan kain berdasarkan lebar dan
warnanya. Berbulan-bulan ia memilih dan memilah potongan kain tersebut hingga akhirnya.
“Tapi
aku tidak punya mesin jahit, bagaimana aku bisa mengerjakan kerajinan
tersebut?”, Omega pun bingung. Akhirnya ia memberanikan diri untuk meminta
bantuan kepada pemilik konveksi yang selalu baik padanya. “Untuk apa, mesin itu
kan sudah tidak terpakai, sudah tidak bisa diperbaiki”, mendengar penjelasan
itu, Mega yang berniat meminta mesin jahit bekas tersebut pun langsung kecewa.
Rupanya
sang pemilik konveksi pun tahu akan hal itu, akhirnya ia memberikan saran.
“Begini saja Omega, kamu bekerja disini lebih rajin, lebih giat dan mulai besok
kamu akan saya gaji bulanan. Setengah dari gajimu tidak usah kamu ambil nanti
saya akan belikan mesin jahit yang masih waras" kata pemilik Konveksi itu.
"Terimakasih banyak bu" jawab Omega dengan mata berbinar-binar.
🌟🌟🌟🌟🌟
Keesokan
harinya setelah seharian Mega kerja di tempat konveksi itu, sebelum pulang
pemilik konveksi memanggil Mega "Ini saya belikan mesin jahit yang masih
waras untuk kamu". Mendengar hal itu Mega jadi bingung antara senang dan
sedih. Masalahnya Mega baru bekerja sehari di tempat konveksi itu dan belum
terlihat hasilnya. " Sudahlah Omega gak usah banyak mikir, terima aja
mesin jahit ini. Mana tahu dengan mesin jahit ini kamu bisa cepat berkreasi dan
menghasilkan banyak karya" Terang si Ibu pemilik Konveksi. Dengan rasa
sedikit tidak enak kepada si ibu, akhirnya Mega mau menerima mesin jahit
tersebut.
Selepas
sholat maghrib, Mega langsung melangkahkan kaki ke gubuk tercintanya. Sesampai
di rumah Mega langsung melancarkan aksinya untuk membuat aksesosir-aksesoris
dari kain perca. Rencana awal Mega ingin membuat baju, tapi Mega pikir peluang
usaha yang paling besar yaitu membuat sesuatu unik yang belum pernah diciptakan
oleh orang lain. Tanpa ragu dan pikir panjang Mega langsung memulainya. Langkah
awal Mega membuat pola-pola, kemudian pola-pola tersebut dijadikan satu dan
dijahit serapi dan sebagus mungkin. Dengan semangat yang membara, akhirnya Mega
telah menghasilkan 50 aksesosir berupa gantungan kunci, bros, jepit rambut,
bando, bantalan jarum, dll pada saat tepat jam 00:10 WIB. "Alhamdulillah,
hasil percobaan pertamaku selesai, mudah-mudahan besok banyak yang suka dengan
hasil karyaku" batin Mega sebelum beranjak ke kamar tidur untuk merebahkan
badannya.
Pagi
sebelum berangkat bekerja, Mega telah memasukkan hasil karyanya ke toko-toko aksesoris
di pasar dekat rumah. Sesampai di tempat kerja, Mega menunjukkan hasil karyanya
kepada si Ibu pemilik konveksi. "Wah, bagus banget karyamu. Baru pertama
bikin, hasilnya sudah sehalus orang yang sudah ribuan kali membuatnya. Ibu
yakin hasil karyamu akan laku keras di pasaran" Puji si Ibu sampai Mega
hendak terbang dibuatnya akibat pujian sang ibu yang berlebihan.
"Alhamdulillah,
hari ini keuntunganku 5 kali lipat lebih besar dari modal yang aku keluarkan.
Ternyata si ibu benar hasil karyaku bakal laku keras di pasaran, kalau aku
makin tambah rajin mengumpulkan kain perca dan membuatnya menjadi karya-karya
yang unik, Maka aku bisa buka lapangan pekerjaan buat orang banyak" Pikir
Omega dengan hati berbunga-bunga sepanjang perjalanan pulang selepas mengambil
barang dagangannya di pasar.
🌟🌟🌟🌟🌟
Waktu
terus berjalan, Mega tetap semangat dalam menjalankan usahanya. Bahkan hampir
setiap minggunya Mega selalu membuat inovasi-inovasi baru yang membuat hati
para pelanggan setia Mega enggan menjauh, yang ada pelanggan Mega makin
bertambah setiap harinya.
"Maaf
bu, acara akan dimulai 5 menit lagi" tegur salah satu panitia acara
Peresmian PT. Mega Accecories. Ya, Tepat 1 tahun lalu Mega mulai merintis usaha
kecil-kecilan dengan bermodal minta kain perca dan hari ini Mega menikmati
hasil jerih payahnya yang hampir setiap malam Mega susah untuk memejamkan mata.
Mega bersyukur sekali berkat Kerja Keras, Semangat dan Do'a yang kuat, kini
Mega telah memiliki 1000 karyawan dari berbagai pelosok Nusantara. (
Dipublikasikan di Tabloid BIAS, Edisi 1, 2019.
No comments: