Luidwina Rindang : Tekuni Viola Sejak SD Antarkan Wina Konser 4 Kali Dalam Setahun
Luidwina Rindang atau yang akrab disapa Wina sukses tour konser viola. Gadis kelahiran 15 Mei 2014 ini tidak hanya sekali dua kali mengikuti orchestra musik, khususnya viola. Dalam waktu sekitar setahun terakhir, telah mengikuti Empat konser. Tentu ini prestasi, apalagi jika mengingat sekarang dia baru masuk kelas 10 di SMM, Yogyakarta.
Luidwina Rindang (Foto : Dok. BIAS) |
Masuk sekolah di jurusan music sudah menjadi tujuan Wina dari SMP. Wina sadar betul dengan passion di dunia music. Hal ini juga benarkah oleh Ibunya, Maria Endang Kristini.
“Sejak kecil, sejak TK dia selalu terobsesi memainkan viola.
Sampai-sampai, dulu itu ada potongan kayu kecil, dimainkan seolah-olah viola,”
Kenang Ibunda. Senada dengan cerita Wina, dia juga teringat ketika masih belum
punya viola, dia menggunakan sendok dan garpu dimainkan seperti viola.
Melihat antusiasme Wina kecil inilah, akhirnya Wina
mendapatkan kado ulang tahun dari Pak Dhe-nya. Berawal dari situlah bakat dan
minat Wina mulai diasah. Wina mulai mengikuti ajang perlombaan viola. Sejak
kecil, ayah Wina, Herunimus Riszat selalu mendorong bakat anaknya. Hal ini
terlihat ketika ayah dan ibunya selalu kompak mengantarkan Wina kemanapun.
Mulai dari mengantarkan les viola hingga mengikuti ajang perlombaan viola.
Saat ditemui di rumahnya, ibunda Wina, Maria Endang Kristini
memberikan edukasi kepada Wina untuk tidak menjadikan kemenangan itu sebagai
tujuan. Jadi dari pihak orangtua memberikan pesan pada prosesnya. Mendukung Wina
mengikuti berbagai ajang perlombaan sebenarnya untuk melatih mental, dan agar
wina belajar suportif serta belajar menerima kekalahan.
Sejak SD memang Wina sudah menekuni alat music viola.
Ternyata perjalanan Wina menekuni pessionnya sempet mengalami hambatan. Seperti
yang dikatakan Wina sebelum berangkat konser Orkestra ke Surabaya. Ia
menceritakan bahwa dulu ia sempet fakum selama dua tahun tidak latihan viola
dan sempet juga pernah mencoba taekondo dan mencoba olahraga yang menjadi
profesi ayahnya, yaitu menjadi pelatih Judo.
“Saya pernah bosan main viola ketika masih kelas 3-4 SD.
Saya pernah ikut Judo dan Taekwondo. Hanya sebentar, dan saya merasa tidak
cocok di olahraga, dan kembali lagi ke music,” tegasnya. Adapun alasan lain
kenapa ia juga sempet vakum, karena mempersiapkan ujian UN dan terkendala
faktor ekonomi, dan ini dibenarkan oleh Ibudanya.
Wina masih ingat betul ketika SMP, viola miliknya sudah
terlalu kecil dan sudah tidak enak penjariannya. Padahal harga alat music viola
tidaklah murah. Demi mendapatkan viola baru, Wina dan orangtua pun akhirnya
menabung. Sampai-sampai menjual kedua viola hadiah pertamakali dari Pak Dhe dan
viola perolehan hadiah yang diterimanya pertamakali.
Selulus SMP, seperti yang disinggung sebelumnya di atas bahwa
Wina sejak awal memang ingin sekolah di music. Sama seperti sebelumnya,
mengambil sekolah yang memiliki les atau ekstra music viola. Ketika naik ke
SMA, Winapun masih sama, memilih sekolah yang ada kaitannya dengan permainan viola.
Di waktu bersamaan, di awal tahun Ajaran Baru, Wina mengikuti seleksi pemain viola,
yang diikuti oleh umum.
“Waktu itu tidak percaya mbak, Wina yang masih SMA bisa
mengalahkan peserta lain yang sudah dewasa-dewasa,” Tambah Maria Endang
Kristini dengan semangat.
Berawal dari situlah, Wina mulai diminta guru dan kakak
kelas untuk menjadi bagian pertunjukan ataupun orchestra. Jadi, sejak
pertamakali Wina masuk SMM Yogyakarta, Ia langsung diajak mengikuti banyak
konser.
Waktu Wina pun semakin padat karena kesibukan sepulang sekolah.
Sepulang sekolah Wina harus latihan hingga pukul 10 atau 11 malam, tidak jarang
sampai rumah sudah pukul 00.00 WIB. Meskipun kesibukan yang padat, Wina tetap
tidak mengesampingkan pelajaran secara akademiknya. Dia pun juga bisa menjalani
keduanya secara seimbang.
Ketika ditanya, bagaimana cara agar bisa seperti itu?
Jawabannya sederhana. Dia fokus pada apa yang dijalani.
“Kalo aku, kalo pagi di jam pelajaran, aku fokus belajar di
kelas. Kalo pas latihan viola, saya fokus latihan viola. Kalo sudah sampai
rumah, waktunya istirahat,” imbuh gadis yang memang ingin menjadi soerang
violist professional.
Di akhir dialog, Wina berpesan untuk dirinya dan mungkin
untuk teman-teman diluar sana, jika sudah memiliki tujuan jelas dan memiliki
bakat, maka tugas kita adalah mengembangkannya. “Siapa tahu besok dikemudian
hari bisa menjajdi penghasilkan. Terus jangan lupa juga sekolah, kita harus
pandai bagi waktu,” tutupnya. (Elisa)
Prestasi:
1.
Masuk grand final akzee prestazee, Yogyakarta
2013
2.
Juara 1, kids violin contest, gishan project,
2013
3.
Juara 2, lomba viola tingkat sekolah dasar,
Yogyakarta 2014
4.
Juara 2, kids violin competition 2014
5.
50 besar audisi jagoan clevo, 2014
6.
Juara 2 kategori B4-6SD, diselenggarakan oleh
Kawai Junior Violin Competitiion, 2014
7.
The best performance lomba viola tingkat SD,
diselenggaarakan gamefantasia, 2014
8.
Juara harapan 2, the first Amari violin
competitioin 2015.
9.
Violist at amazing concert of serenade (ACS),
2015
10.
Juara 1 lomba music Digifest
11.
Serenade Orkestra, 2015
12.
Jogja Stdudent Orkestra 2016
13.
Jogja Student Orkestra 2017
14.
Yuana Arifin, 2017
15.
Sebagai pemain viola dalam #konserpendidikan
2016 dengan tema cita cinta dari Jogja. Yogyakarta 2016
16.
Apresiasi pemain viola dalam kegiatan
#konserpendidikan 2017, jogja student orchestra, 2017
17.
Lulus ujian tingkat III, Serenade Jogja, 2017
18.
Peserta Festival seni karawitan gending gerejani
(sekargeni) ke-5 “Nabur Bingah Awoh Paseduluran”, 2017
19.
Juara 3, SMI Got music talent. Plasa Ambarukmo,
2017
20.
Juara 2, Viola Yogyakarta tingkat sekolah dasar,
2017
21.
Juara 2, lomba Revive the glory, Yogyakarta,
2017
22.
Melbourne Symphony Orchestra, 2019
23.
Sawo Kecik String Orchestra, 2019
24.
Java Orchestra, 2019
25.
Konsers Musik Biru bersama Adddie MS 2019
26.
masih banyak orchestra sekolah
Dipublikasikan di Tabloid BIAS Edisi 2| 2019
No comments: