Pelajar dan Sampah Plastik Masih Sulit Lepas Karena Kebiasaan
Suka tidak suka, sampai
detik ini manusia sepertinya belum bisa lepas dari plastik. Sampai sekarang,
material plastik masih banyak digunakan dalam kehidupan manusia karena sifatnya
yang ringan dan kuat. Selain itu, produksinya pun tergolong murah daripada
material lain.
Mengolah sampah plastik (FOto: Irukawa Elisa) |
Namun dibalik manfaat yang
dimiliki plastik, sayangnya plastik jika sudah menjadi sampah akan sulit
teruai. Ya, plastik berbahaya jika digunakan berlebihan dan dalam jumlah yang
besar. Salah satunya karena bisa mencemari lingkungan. Fakta tersebut tentu
menjadi hal yang patut diperhatian generasi sekarang, termasuk para siswa di
SMA dan SMK se-DIY.
Dampak dari plastik bagi
lingkungan sekitar disadari oleh Dhanis siswa dari SMA Negeri 1 Yogyakarta.
Dirinya mengaku belum bisa lepas dari plastik. Contohnya saat ia membawa buku
atau baju olahraga ke sekolah, Dhanis masih menggunakan plastik. Meski begitu
Dhanis juga sadar, bahwa penggunaan plastik di dunia ini sudah terlalu over dan
perlahan harus dikurangin.
Baca Juga: Bebas Berekspresi Dengan Karya Fotografi
Hal senada juga diungkap
Khalifa, siswi kelas XI MAN 3 Yogyakarta, yang masih belum bisa lepas juga dari
plastik. Terutama di kantin sekolah yang masih ditemui banyak plastik.
"Harusnya setiap pelajar punya kesadaran diri untuk mengurangi plastik,
namun kenyataannya plastik masih menjadi salah satu bahan yang paling efektif
dan mudah digunakan untuk membawa sesuatu," jelas Khalifa.
Dhanis menambahkan
menurutnya yang paling urgent dan tidak penting adalah penggunaan sedotan
plastik. Ia merasa bahwa sedotan plastik dapat diminimalisir oleh para pelajar.
Dirinya pun sudah mulai tidak menggunakan sedotan plastik, meskipun dari
sekolahnya belum ada himbauan secara tegas.
Baca Juga: Diskusi Kongres Duta Anak: Merdekakan Hak Anak
Khalifa pun menyampaikan
bahwa mengurangi sampah plastik bisa dengan membawa tempat makan sediri. Meski
begitu ia mengaku belum sepenuhnya dapat melakukan hal tersebut. "Cara
menanggulangi plastik dengan cara sosialisasi sehingga hal-hal kecil bisa mulai
dari membawa tas belanja sendiri, bawa tempat belanja tapi masih sesekali
aja," sesalnya.
Lain halnya dengan Parama
Bisatya, siswa kelas 12 SMA Kolese De Brito, yang sudah menyadari bahaya sampah
plastik. Ia menuturkan jika dari pihak sekolah sudah mulai meminimalisir.
"Sekolahku kebetulan pay attention dengan hal ini, sehingga sekolahku
membatasi juga penggunaan plastik. Kayak misal bungkus makanan dari kertas atau
karton gitu," jelasnya.
Menurut Satya, teman-teman
di sekolahnya telah memiliki kesadaran penggunaan plastik yang tidak baik.
Namun Satya sebenarnya yang patut lebih diperhatikan adalah bagaimana cara
membuang sampah. Sampah nggak sebanyak dulu 2-3 tahun yang lalu. Budaya
bersihin sampah ini masih jarang dilakukan dan masih kurang disadari oleh para
pelajar. "Misalnya kalau anak-anak lagi nongkrong, nah jarang langsung mau
bersihin, mikirnya ya itu urusan mbak mbak penjaganya," jelas Satya.
Baca Juga: Meski Mengikuti Ekstrakurikuler, Pelajar Harus Berperan
Uniknya Satya juga sudah
mulai mengurangi sampah plastik dengan lebih memilih menggunakan gelas kaca
daripada gelas plastik ketika ia menghabiskan waktu di coffe shop. "Kalau
di sana lebih menyediakan gelas, aku minta untuk pakai gelas. Yang take home
aku jarang memakai kecuali memang kepepet. Sama kalau sudah selesai nongkrong
ya aku juga beresin," ujarnya.
Cara Efektik Mengurangi Sampah
Tentang bagaimana cara
efektif mengajak untuk mengurangi sampah, setiap siswa juga punya jawaban
masing-masing. Dhanis, misalnya. Berada di lingkungan organisasi, membuatnya
merasa bahwa cara akurat mengurangi plastik adalah dengan ajak yang gayeng.
"Misalnya seperti acara festival pelajar, bisa disisipi lah ajakan dan
penyuluhan bahaya plastik dan bagaimana cara efektif untuk mengurangi serta
mendaur ulang," katanya.
Hal senada juga diamini
oleh Khalifa, ia merasa sekolah juga perlu ambil peran untuk menghimbau
siswa-siswinya. "Di sekolah ada himbauan. Cara efektif lebih digetolin
lagi penyuluhan bahaya sampah. Dan komunikasi secara personal," jelasnya.
Baca Juga : Ekskul Versus Sekolah
Himbauan untuk tidak
menggunakan plastik apalagi membuang sampah sembarangan juga sudah dilakukan di
sekolah Safira dan Adya di SMA Negeri 1 Banguntapan. Sekolah yang telah
mendapatkan predikat adiwiyata ini memang terhitung cukup ketat dalam
meminimalisir penggunaan plastik. "di sekolahku sudah ada himbauan
pengurangan sampah. Apalagi sekolahku adiwiyata. Sanksi kalau hukuman sih nggak
ada, cuma ada teguran dari guru,"
Satya pun punya cara
pandang yang berbeda. Menurutnya cara paling efektif adalah menemukan cara
pembungkusan yang dapat mengatasi penggunaan plastik itu. "Cuma masalahnya
industri plastik banyak yang pakai, jadi ketika ada inovasi dateng, mungkin
akan dikalahkan juga dengan industri yang sudah ada ini. Ya, ada usur
kepentinganlah," jelasnya.
Satya pun menyoroti
bagaimana kondisi sampah sekarang apalagi baru-baru ini Jogja sempat terkena
darurat sampah. "Harapannya penggunaan platik itu sebutuhnya aja. Ketika
suatu hal terlalu berlebihan juga kan tidak baik."
Baca Juga: Tips manajemen Waktu
Bagi Safira mengurangi
sampah memang perlu dari kesadaran diri sendiri. Jika dari diri sendiri belum
paham apa bahaya sampah plastik pasti akan sulit untuk mulai mengurangi
plastik. Ya, meski plastik masih menjadi bahan yang paling nyaman digunakan
sebagai pembungkus ataupun tempat makan, tak ada salahnya untuk mulai
menguranginya dari sekarang. "Nyaman pake plastik, tapi kalau nggak pake
plastik biasanya pake gelas kaca," tutupnya. (Novia Intan)
Dipublikasikan di Tabloid BIAS edisi 2 | 2019
Pelajar dan Sampah Plastik Masih Sulit Lepas Karena Kebiasaan
Reviewed by elisa
on
Tuesday, April 14, 2020
Rating:
No comments: