Sampah Antariksa Menjadi Isu Internasional Di Negara Maju
Sampah
menjadi isu Internasional. Selama ini kita hanya berkutat mempermasalahkan isu
sampah yang ada di bumi. Mungkin saja tidak sampai berfikiran bahwa ada isu
sampah yang juga perlu menjadi perhatian. Yaitu sampah Antariksa.
Sumber Foto: https://www.netralnews.com |
Kita
tahu, kini era dan jamannya teknologi mendominasi kehidupan sehari-hari. Setiap
jam, manusia bergantung dengan elektronik dan teknologi canggih. Contoh
sederhana, kita selalu berkomunikasi menggunakan internet, dalam ekonomi kita
juga bertransaksi menggunakan m-banking, hingga dalam penyimpanan uang
dibank-pun juga bergantung dengan teknologi. Dimana semua aktivitas tersebut
membutuhkan satelit di luar angkasa sana. Tanpa sadar, banyaknya satelit yang
diterbangkan terjadi sampah antariksa
Belum
lagi Negara-negara maju, yang mereka bersaing dibidang teknologi. Maka sudah
hal yang biasa mereka menerbangkan satelit ke luar angkasa untuk sebuah misi
Negara ataupun misi manusia. Ketika roket itu diterbangkan angkasa, mereka akan
menghasilkan sampah. Satu satelit saja, bisa meninggalkan beberapa sampah,
sebelum akirnya satelit intinya dari material atau badan roket.
Dengan
kata lain, isu sampah internasional tingkat tinggi tidak hanya mempermasalah
sampah plastik atau sampah yang ada di bumi. Tetapi juga sudah mengalami
kecemasan sampah di antariksa. Mungkin sudah banyak orang yang tahu bahwa bumi
kita dikelilingi ratusan satelit.
Orbit
bumi dikelilingi banyak sekali satelit bekas roket dan pecahan-pecahan lain.
Ketika di orbit terlalu banyak sampah, maka risiko terjadinya tabrakan antar
satelit semakin besar. Jadi setiap terjadi satu tabrakan, dapat menimbulkan
serpihan angkasa yang meningkatkan kemungkinan tabrakan-tabrakan lainya.
Terjadinya kasus inilah yang kemudian disebut dengan Sindrom Kessler.
Kepadatan
sampah antariksa inilah yang menjadi kekhawatiran bagi misi luar angkasa di
masa depan. Di masa depan, tentu jika tidak dibersihkan akan semakin banyak
sampah di luar angkasa. Sehingga setiap kali ingin menerbangkan roket, harus
dinavigasi melalui koridor sempit yang dikelilingi sampah satelit.
Koordinator
ESA, Thomas Reiter menegaskan bahwa sampah yang begitu banyak di orbit akan
banyak bertabrakan. Jadi, hampir tidak mungkin menggunakan orbit diketinggian
400 sampai 1200 km. Padahal, sekarang hidup manusia sangat bergantung dengan
kerja satelit. Satelit sangat membantu dibanyak bidang, mulai dibidang
perekonomian, studi iklim, navigasi pesawat terbang, kemajuan teknologi mesin
dan banyak lainnya.
Tidak
banyak orang tahu bahwa sampah antariksa menjadi kekhawatiran bagi Negara-negara
maju. Karena masa aktif atau usia satelit yang diterbangkan hanya beroperasi
selama 7 tahun sampai 10 tahun. Setelah itu, satelit-satelit tersebut harus
segera diganti dengan yang baru. Jika tidak diganti dengan satelit baru, akan
ketinggalan jaman.
Kemunculan
satelit baru inilah yang menjadi isu dan problem baru lagi. Karena akan
menambah jumlah sampah antariksa. Maka, para ilmuan kini sedang berfikir dan
mengembangkan cara lain, bagaimana mengurangi sampah. Menurut Thomas Reiter
banyak ide brilian yang lahir, tapi tidak ada langkah konkrit mengurangi sampah
antariksa tersebut.
Maka
kini para ilmuan pun tengah mengembangkan bagaimana cara agar satelit yang
tidak lagi beroperasi bisa kembali lagi ke bumi, dengan cara manuver rumit.
Sayangnya, setiap satelit yang pulang ke bumi akan terbakar karena gesekan atmosfir
dan akirnya pecah. Tetapi ada struktur bagian dalam yang disebut pitan yang
tidak akan hancur, dan biasannya pitan itu akan jatuh ke bumi.
Meskipun
sudah ada upaya, upaya ini belumlah menjadi solusi fundamental. Tetap saja
sampah antariksa di luar angkasa masih banyak. Jika dilihat, bumi pun tampak
dikelilingi material kecil. Kesimpulannya, ditengah kemudahan teknologi dan
kepraktisan hidup manusia, ada dampak negative yang manusia timbulkan, dimana
ini pula yang menjadi tanggungjawab kita bersama. Dan semoga, dengan lahirnya
masalah dan isu ini, semakin banyak regenerasi yang lahir memberi solusi.
(Elisa)
Dipublikasikan di Tabloid BIAS, Edisi 1, 2019
Sampah Antariksa Menjadi Isu Internasional Di Negara Maju
Reviewed by elisa
on
Thursday, September 26, 2019
Rating:
No comments: