Budaya MOS, Masihkan efektif?
Detik-detik
pengumuman hasil Kelulusan sudah terlewati. Nilai hasil UN Sudah dapat dilihat.
Langkah selanjutnya ialah mencari tempat Sekolah dalam rangka meneruskan
estafet masa depan yang lebih baik. Menyambut
Tahun Ajaran Baru tahun 2011/2012. Uforia Masa Orientasi Siswa (MOS) segera
digelar. Hampir Elemen pendidikan sekolah SMP maupun SMA menyelenggarakan MOS
dengan caranya masing-masing.
Foto: Elisa |
Beberapa
sekolah mengadakan MOS, dari Masa Orientasi Siswa itu sebagai ajang perekrutan geng di sekolah.
Ada pula MOS sebagai ajang perkenalan, ajang Balas Dendam tahun lalu, dan ada
pula MOS sebagai kegiatan “Keakraban”. Dimana perkenalan murid baru dengan
kakak kelas.
“MOS
sangat penting dilakukan karena dengan MOS sebenarnya untuk memperkenalkan
dirinya sebagai siswa. Selain itu memperkenalkan lingkungan sekolah, dan
bagaimana menjadi siswa yang baik. Jadi sebenarnya Masa Orientasi Siswa itu bukan ajang balas
dendam maupun sesuatu hal yang bersifat memaksa siswa baru untuk ini itu”. Jelas Ahmad Yayid, S.Pd. Guru Pengajar di SMK
Ma’arif 2 Piyungan, dan juga mengajar di MTs Hasyim Asy’ary Piyungan.
Masa
Orientasi Sekolah biasa dijalankan kurang dari satu minggu Panitia MOS biasanya
adalah OSIS yang merupakan senior di sekolah. Dan dalam MOS bisanya segala
sesuatunya berjalan tidak lazim sebagai ajang keisengan, dan bersenang-senang.
BACA JUGA 'IKUT GENG, BIAR AKRAB DENGAN KAKAK KELAS'
“Menurut
saya MOS itu menakutkan dan memalukan karena terlalu banyak persyaratan dan
harus mencari sesuatu yang tidak biasa dan kita akan dihukum dengan hukuman
yang memalukan jika melanggar. Misalnya diwajibkan membawa minuman banci,
ternyata minuman banci itu adalah nama lain dari “aguaria”. Selain itu senior
juga sering memarahi kita tanpa kita sadari apa salah kita. Terkadang mereka
juga mengajarkan materi dengan dimarahi sehingga membuat kita tegang dan justru
sulit memahami materi yang diajarkan,” ujar Silviana Trisna Setia Putri, siswi
SMA N 1 Jetis kelas XI Sains 3 ini.
Senada
yang di katakan Karina austrina Putri SMP 2 BANTUL mengatakan bahwa dirinya saat Masa Orientasi Siswa merasa sangat lelah, karena ada agenda baris berbaris setiap sore, dan harus
membawa aneh-aneh. Kakak OSISnya juga banyak yang sok galak.
Hamasyaroh
Intifadha siswi berumur 16 tahun juga ikut berpendapat, “Awalnya saya
menganggap MOS itu hal yang memalukan karena harus mematuhi hal-hal yang sangat
tidak wajar. Contohnya saja pada MOS tahun lalu saya harus membawa kiso yang
digunakan sebagai tas. Kiso adalah tempat ayam yang terbuat dari janur kelapa.
Selain itu saya harus memakai sepatu dengan tali dari kain perca yang warnanya
berbeda. Tapi karena kita melakukan itu bersama-sama, saya tidak malu lagi.
Lagipula saya menjalaninya dengan senang hati. Jadi MOS tidak menjadi beban
lagi buat saya,”
“……dari
MOS, saya bisa belajar lebih mandiri dan teliti. pesan buat kakak osis yang
manis,cakep,kece besok lagi jgn terlalu ribet kasian adek kelas dan tetap
semangat!” ungkap Pelajar 16 tahun, Zahra Sonda Arumdani, SMAN 1 IMOGIRI.
BACA JUGA 'NGE-MALL VS NONGKRONG: AJANG MENUNJUKKAN KELAS EKONOMI'
Hal
ini serupa dengan apa yang dikatakan oleh Ketua OSIS Erly lestari sebagai
panitia penyelenggara Masa Orientasi Siswa tahun ini, “Tergantung dari segi apa kita memandang
MOS itu. Menurut pendapat saya, MOS itu dapat menguji kepercayaan diri kita,
selain itu juga menguji kita akan ketertiban dan kepatuhan terhadap tata tertib
yang ada. Bagi panitia MOS dan koordinator kelas, mungkin menguji kesabaran
dalam menangani siswa baru. Karena siswa baru tidak semuanya takut dan patuh
terhadap senior dan peraturan yang ada, ada juga siswa yang nakal dan semaunya
sendiri. Tetapi harus diakui MOS memang terkadang memalukan dan menyulitkan
beberapa pihak”.
Bagaimanapun
untuk kedepannya Masa Orientasi Siswa diharapkan dapat menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan
dan tidak terlupakan. Seperti yang dijelaskan oleh Ahmad Yayid S.Pd. bahwa MOS
perlu untuk disosialisasikan. Mengenalkan bahwa MOS tidak menakutkan. Bahwa MOS
yang bersifat “Keras” memang harus di putus rantai kekerasan cukup sampai
disini. Caranya antaralain mensosialisasikan kepada pengurus OSIS Lewat rapat
rutin OSIS, maupun melalui jalur BK (Bimbingan Konseling) maupun Guru-guru pengajar
di sekolah. Bahwa MOS yang keras tidak akan membawa perubahan yang baik. (Elisa, Risa, Amalia)
Dipublikasikan Tabloid BIAS, Edisi 3, 2011
Budaya MOS, Masihkan efektif?
Reviewed by elisa
on
Tuesday, May 28, 2019
Rating:
No comments: