Bebas Berekspresi Dengan Karya Fotografi
Fotografi - Tertuang
dalam satu wadah “Kebebasan Berekspresi”. Inilah kebebasan berekspresi yang
selalu digempor-gemporkan remaja yang mengatasnamakan ke-seni-an. “Rasa”
perasaan senang, suka, cinta, rasa mempunyai, rasa memiliki dan berada diposisi yang sangat berharga. Rasa semacam inilah disebut hobi.
Hobi
pembentuk awal suatu kebebasan berekspresi. Dimana dari hobi ini muncul rasa
ingin mendapatkan hak kebebasan berseni. Hak untuk dihargai. Hobi merupakan
jendela kreativitas yang mencoba digali dan dikembangkan. Bentuknya pun
bermacam-macam, ada yang berupa berupa Grafiti, Mural, Menulis, Melukis dan karya fotografi. Hobi inilah yang menjadi pusat perhatian yang dapat diidentifikasi
sebagai pembentuk karakter seseorang.
Seperti
yang kita lihat disepanjang Jembatan Janti misalnya, disana tertuang dalam
sebuah gambar berupa mural. Mural adalah gambar fotografi mempunyai pesan moral yang
terkandung dalam gambar tersebut. Contoh lain Gedung sekolah. Tidak hanya untuk
Mural, grafiti, lukisan saja, tetapi ekspresi dalam jepretan foto juga satu
bagian kebebasan berekspresi dalam menuangkan sebuah peristiwa yang tidak
terulang.
“Bagiku
Fotografi itu sangat menarik dan Menantang”. Ungkap Angger Gregogrogi, alumni
SMA 1 Sewon
Hal
ini terlihat menjamurnya komunitas fotografi yang bermunculkan. Lebih
menariknya lagi di sekolah juga bermunculan komunitas fotografi, khususnya
sekolah-sekolah di kota. Hal ini berbanding terbalik dengan sekolah-sekolah
yang ada di kabupaten Bantul misalnya.
BACA JUGA 'AIR TERJUN TUWONDO OBJEK WISATA PERAWAN YANG LUPUT PERHATIAN'
“Aku
suka dengan fotografi, tapi itu hanya sekedar suka, aplikasinya belum nyata”.
Jelas Fitra Pelajar SMK Budhi Dharma Piyungan. “Karena di daerah sini tidak ada
komunitas fotografi. Kalo pun ada harus ke Kota atau bergabung dengan komunitas
fotogafi umum”. Jelasnya lebih lanjut.
Berbeda
dengan pelajar yang tinggal di bantul, Titian Indriani yang suka dijadikan
Model dibanding menjadi Fotografer.
“Jika
liat Fotografi sih enak, gak tahu gimana seandainya aku yang jalani menjadi
fotografer”. Jelasnya.
Fotografer
memotret banyak sudut. Mencari sesuatu yang justru tidak dicarai orang pada
umumnya. Aktif memotret miring sana, miring sini mencari diantara kerumunan.
Guna mencari engle dan nilai artistik seni yang berbeda. Dimana orang lain
melihat objek yang difoto biasa saja tidak ada istimewa dan seni, sesuatu biasa
saja. Disitulah sesungguhnya nilai seni berekspresikan ditantang.
“Lucu
saja melihat pose orang-orang yang berbeda-beda saat difoto. Apalagi melihat
fotografer yang heboh sendiri dengan pengambilan gambar”. Ungkap Tivani
Ambarwati, kelas XII Logam SMK N 1.
“Karena
aku tidak hobi fotografi, mungkin para fotografer mempunyai kejelian khusus
saat memotret sesuatu yang menjadikan foto itu bernilai lebih”. Papar Titian
Indriani.
Berbeda
lagi apa yang dipaparkan Angger Gregogrogi, alumni SMA 1 Sewon salah satu crew
MARKISHOOT (Mari Kita Shooting), “Bagiku fotografi merupakan keindahan seni”.
BACA JUGA 'DESA KEREBET: MENGENALKAN BATIK KAYU PADA DUNIA'
Ironisnya,
Tidak semua elemen wilayah mempunyai fasilitas komunitas maupun wadah menampung
hobi kamera fotografi, hingga akhirnya beberapa wilayah yang berada di wilayah seperti
di Bantul sedikit sekolah SMA yang memberikan fasilitas komunitas fotografi.
Seperti yang di katakan oleh Fitra, pelajar dari SMK Budhi Dharma Piyungan.
“Sebenarnya
aku suka fotografi, tetapi itu hanya sebatas angan-angan”. Jelasnya saat saya
temui di tempat rental.
“Sebenernya memfoto itu asik dan banyak
tantangan. Hal ini akan dirasain sama orang awam sekalipun. Sekedar memakai
kamera mode auto (dalam arti semua sesuatunya manual, jadi cuma tinggal
“cekrek”) akan terlihat hasilnya.” Papar Angger Gregogrogi labih lanjut.
“Aku
rasa banyak yang tidak memperhatikan hal-hal kecil. Padahal itu penting buat
hasil akhir dari gambar yang mau diambil.” Tegas Angger Gregogrogi.
Jadi
fotografer itu tidak harus menggunakan kamera DSRL, bisa dengan kamera analog, kamera
alternatif berupa Lomo maupun yang lain. Bahkan menggunakan kamera HP juga bisa
dimanfaatkan. Tinggal bagaimana sang fotografer tau dimana harus memfoto moment
yang tepat.
Settingan
kamera yang pas mencari angle yang bagus akan mendapatkan hasil yang bagus dan
artistik, foto nampak hidup. Paling penting disini adalah sang fotografer harus
pandai memperhatikan hal-hal kecil disekitar lingkungan. Karena itu sangat penting
sebagai hasil akhir pada hasil gambar. Jelasnya Alfan Aliafi. S.Pd.I.
Beliau
juga memaparkan bahwa bagaimanapun prioritas pertama bagi seorang pelajar
adalah belajar dengan baik. Aktifitas diluar sekolah boleh dan sangat disarankan,
dengan catatan tidak menganggu kegiatan sekolah. Karena bagaimanapun khususnya
di Indonesia mengukur lulus dan ketidaklulusan masih dengan jalur pendidikan
formal berupa UN. Jelasnya lebih lanjut.
Y
ait hal positif. Terkadang oarnga tidak bakat pada mapel tapi bakat pada hal
lain misal fotografi tadi. Karena kemampuan orang berbeda-beda, tetapi jika
sampai pendidikan formal tertinggal itu ya sangat disayangkan. Karena
pendidikan kita belum mengakui seni bakat sebagai fomal kelulusan masih
distandarkan pada mapel 5 pelajaran. Sedangkan orang tidak semuanya berbakat 5
pelajaran ini.
Ya
disalurkan bakatnya tanpa meningkallkan pendidikan formal. Ideal ke fotografi
tidak apa-apa yang penting jangan kebangeten, itu namanya melawan arus. Lebih
baik lagi kalau sekolah memberi fasilis ekstra Fotografi. (Elisa)
Dipublikasi di Tabloid BIAS, 2011
Bebas Berekspresi Dengan Karya Fotografi
Reviewed by elisa
on
Monday, May 27, 2019
Rating:
No comments: