Embung Selopamioro Sabagai Objek Wisata Sejarah
Pernah mengamati akhir Pekan di
Yogyakarta dalam kurun waktu setahun terakhir? Jika iya, pasti ada perubahan di
Yogyakarta. Khususnya hari Sabtu dan Minggu, jalanan di Yogyakarta semakin
dipadati oleh pengendara. Baik pengendara motor, mobil hingga bus pariwisata
dari plat luar Jogja. Kepadatan volume kendaraan di akhir pekan di Yogyakarta
disebabkan oleh animo masyarakat yang berwisata di Yogyakarta.
Embung Song Bolong (Foto: Elisa) |
Perkembangan Pariwisata di
Yogyakarta terbilang cepat. Hampir setiap tahu ada objek wisata baru. Objek
wisata selanjutnya yang mungkin akan banyak dikunjungi adalah Embung
Selopamioro. Persisnya ada di Lanting 1, Selopamioro, Imogiri, Bantul. Objek
wisata ini masih terbilang sepi, namun memiliki potensi yang besar. Apa saja
keunikan dari Embung yang dibangun sejak 2015 yang lalu? Berikut beberapa hal
unik Embung Selopamioro yang diperoleh dari hasil wawancara dengan mbah Marjono
(77 tahun), salah satu tokoh masyarakat di Lanting, tidak lain dan tidak bukan
Ayah dari Dukuh Lanting.
Lebih
Berwarna
Tangga warna warni Embung (Foto: Elisa) |
Embung Selopamioro dikemas lebih
menarik daripada embung pada umumnya. Embung di cat warna-warni, sehingga lebih
ceria dan menyenangkan. Lokasinya dikemas bagus untuk selfi, dan foto. Di
tempat ini juga terdapat gazebo yang dimanfaatkan untuk berteduh, duduk dan
istirahat. Tidak hanya itu, ternyata tempat ini juga digunakan sebagai tempat
berkumpul warga. Baik berkumpul untuk acara kegiatan acara desa dan digunakan
sebagai tempat anak-anak bermain. Jadi, meskipun embung ini masih terbilang
sepi dari wisatawan, tempat ini juga tetap ramai.
Digunakan
Sebagai Tempat Upacara Adat
Imogiri memiliki adat dan budaya
yang masih kuat. Termasuk di desa Lanting juga demikian. Setiap setahun sekali
terdapat upacara adat yang disebut dengan kenduri. Kenduri dilakukan di gazebo
yang berada persis di samping Embung. Ritual adat warga membawa satu ambengan
satu besi/nampan. Kemudian dilakukan dzikir bersama yang diikuti oleh 2
pedukuhan. Moment dan kesempatan inilah yang juga sering digunakan untuk wisata
budaya bagi masyarakat yang belum tahu.
Sebagai
Tempat yang Kaya Sejarah
Siapa yang menyangka jika embung
yang mampu menampung air sebanyak 9.317m3 ini memiliki cerita
sejarah. Di bagian atas embung terdapat bebatuan besar, tekstur dan warnanya
berbeda dengan batuan yang di bukit kanan kirinya. Kandungan batuan besar
tersebut termasuk dalam formasi Nglanggeran. Kandungan batuan di Embung
Selopamioro termasuk batuan sedimen, atau disebut dengan breksi.
Warga setempat menyebut embung selopamioro
dengan sebutan embung Songbolong. Mbah Marjono bercerita bahwa nama Songbolong
ini bermula dari masa Majapahit pecah. Salah satu prajurit Majapahit bernama
Sangki Wijoyo lari ke desa Lanting, dan bertapa, dan akhirnya baurekso
(penunggu/cikalbakal) songbolong. Song dalam bahasa jawa maksudnya “ngesong”
dan bolong artinya berlubang, kemudian dalam era sekarang lebih sering kita
sebut dengan istilah guo. Hanya saja, gua ditempat pertapaan Sanki Wijoyo
inilah hanya dilihat orang-orang tertentu saja.
“Song itu ngesong (bolong/lobang).
Kalo masuk goa tersebut bisa sampai ke Sendangsari (nama daerah tempat),”
Cerita mbah Marjono kemudian. Tidak hanya di Embung Selopamioro, ternyata
desanya pun dahulu juga sebagai post persembunyian prajurit kraton semasa
Indonesia di Jajah Belanda. Sultan Hamengkubuono IX turut menjaga desa Lanting
dari incaran Belanda. Masih diceritakan oleh Mbah Marjono, saat tempat
persembunyian prajurit Kraton diketahui oleh mata-mata Belanda, Belanda
langsung menyerang desa Lanting, Imogiri dengan Granat, Bom dan tembakan dari
atas udara. Sebelum serangan itu terjadi, Sri Sultan hamengkubuono IX pun
datang menggunakan Kuda Sembrani, dan menyulap mata Belanda melihat
perkampungan menjadi tegal/sawah, dan tegal/sawah terlihat perkampungan.
Sehingga semua serangan dari Belanda bukan di pemukiman, melainkan di
tegal/sawah. (Elisa)
Embung Selopamioro Sabagai Objek Wisata Sejarah
Reviewed by elisa
on
Thursday, April 11, 2019
Rating:
No comments: