Sepasang Sepatu Usang
Malam kian larut, sedang gerimis belum
menunjukkan tanda reda. Di suatu tempat gelap, lembab, dengan bau yang
menyengat terdapat sepasang sepatu yang terletak di sudut tempat itu. Sepatu
flat berbahan dari karet dengan warna merah yang telah memudar, sepatu itu
memang sudah usang tapi mengandung penuh cerita. Inilah kisahnya, sepasang
sepatu munggil yang bernama Jasmine.
Di tempat gelap
dan terpencil itu, ia hanya bisa menangis dan merintih. Tubuh munggilnya terasa
membeku dan gemetar karena hawa dingin yang menyelimuti malam itu. Sebelumnya
dia tak pernah berada di tempat seperti ini. Dirinya sangat merasa ketakutan,
dimanakah nona yang selalu merawat dan menyanyanginya. Dalam tempat gelap itu,
Jasmine mendengar sebuah suara.
“Siapa disana..? kenapa kau terus saja
menangis?” tanya suara itu. Akan tetapi Jasmine terlalu takut untuk menjawabnya.
“Hey.. aku
bertanya kepadamu, mengapa kau tak menjawabku?” tanya suara itu untuk kedua
kalinya.
“Jasmine, namaku
Jasmine” jawab sepatu itu dengan nada bergetar dan isak tangis berkepanjangan.
“Jasmine, siapa?
Sebenarnya siapakah dirimu?” suara itu semakin terengar jelas dan mendekati
Jasmine.
“Diriku adalah
sepasang sepatu flat yang telah usang dan mungkin saja pemilikku sudah bosan
hingga membuangku kemari, aku mohon jangan sakiti diriku,”
“Sepasang
sepatu,? Memiliki nama? Tenang saja kamu tak usah khawatir aku takkan
menyakitimu. Maaf aku tak bisa melihatmu, tempat ini terlalu gelap. Namaku
Lilin, sebenarnya aku bisa saja menerangimu dalam gelapnya malam, tapi derasnya
hujan ini membuat api yang berkobar dalam tubuhya menjadi mati. Walaupun kau
tak bisa melihatku tapi kamu masih bisa mendengar suaraku bukan?”
“Baiklah Lilin,
aku sangat berterima kasih kepadamu. Iya, aku masih bisa mendengar suaramu.
Tapi bagaimana bisa kau berada dalam tempat ini? Apakah kau bernasib sama
seperti aku? Apakah kamu sudah tidak diinginkan lagi oleh majikan mu?”
“Mungkin saja
aku sudah tidak berguna lagi bagi mereka, sama seperti apa yang kamu katakan.
Yang terpenting saat ini bagi ku adalah aku sudah merasa lega dan senang bisa
mempunyai teman sepertimu,”
“Iya Lilin, aku
juga merasakan hal yang sama. Ouh iya ngomong-ngomong tempat ini sangat tidak
nyaman bagiku, bau, lembab, dingin dan kotor. Aku ingin sekali segera pergi
dari tempat ini,”
“Iya Jasmine,
benar katamu. Tapi kita tidak mungkin meninggalkan tempat ini sekarang juga
karena hujan di luar sana masih deras dan sangat gelap. Kita harus bersabar
berada dalam tempat ini untuk menginap semalam di sini,”
“Kamu benar
juga,Lilin. Kalau begitu mari kita tidur saja, tubuh ku rasanya sangat dingin
dan pegal semua ini,”
Ketika itu mereka tertidur dengan lelap,
walau dengan alas dan selimut seadanya. Hingga mentari pagi mulai bersinar dan
suara ayam berkokok bernyayi yang mampu membangunkan tidur mereka.
Gluduk Gluduk
brakkk!!!! Suara yang terdengar begitu keras dan ternyata menimpa sepatu flat yang cantik itu.
“Aduh.... sakit,
Lilin tolongin aku. Lilin..Tolong..!!!” Sementara Jasmine menjerit meminta
pertolongan Lilin, Lilin pun masih tertidur dengan lelapnya.
“Jasmine.. ada
apa dengan mu? Apa kau baik-baik saja? Dimana keberadaanmu? Aku tidak bisa
melihatmu,”
“Aku disini
Lilin, tolongin aku. Sepertinya ada orang yang membuang barangnya sehingga
menimpa tubuhku. Sakit sekali Lilin,”
“Baiklah
Jasmine, aku mendengar sura mu dnegan jelas. Tunggu aku, segera akan
menolongmu,” Llilin pun segera bergegas untuk mencari sumber suara itu. Dengan
usaha dan kerja kerasnya, dia mampu menemukan Jasmine dan segera menolongnya.
“Kamu bertahan
ya Jasmine, aku akan memikirkan cara untuk menyingkirkan benda ini dari
tubuhmu. Karena aku tak memiliki tangan,”
“Baiklah Lilin,
tapi jangan terlalu lama ya,” Selang beberapa menit, akhirnya Lillin menemukan
cara untuk mengangkat benda yang menimpa tubuh Jasmine.
“Jasmine, kamu
masih mendengar suara ku bukan? Aku akan segera berusaha untuk menyingkirkan
benda itu.”
“Iya Lilin,”
Jawab singkat dari Jasmine dengan rintihan menahan rasa sakitnya.
“Aku akan
menghitung sampai hitungan ketiga, setelah benda ini terangkat kamu segera
menghindar ya,” Intruksi dari Lilin kepada Jasmine. Kemudian dirinya berisap
untuk mengangkat sebuah kardus yang menimpa Jasmine dengan bantuan sebatang
kayu.
“Satu.. Dua..
Ti..Ga,” Karena kardus itu terlalu berat maka Lilin terus mencoba berulang kali
untuk mengangkatnya. Usaha yang ketiga akhirnya dia mampu menyelamatkan
Jasmine.
“Huftt akhirnya
aku bisa selamat juga. Terima kasih ya Lilin.aku tidak tahu bagaimana nasibku
jika tidak ada kamu,” ungkap sepatu itu dengan gembiranya.
“Iya Jasmine.
Sekarang saatnya kita segera pergi dari tempat ini. Tubuh kita sekarang sudah
sangat kotor. Sudah saatnya kita memanjakan diri dan membersihkan tubuh kita,”
“Iya Lilin. Aku
setuju dengan ide mu itu. Yasudah ayo kita pergi, akau juga sudah tidak tahan
dengan tempat ini,” mereka pun segera beranjak dan meninggalkan tempat itu.
‘Akhirnya kita dapat terbebas dari tempat itu
Lin.. tapi mau kemana kita? Bahkan kita tidak mempunyai tujuan kemana pun itu,”
“Iya Jasmine.
Untuk tempat tinggal kita selanjutnya kita fikirkan nanti yang terpenting saat ini
kita harus emmbersihkan tubuh kita terlebih dahulu. Dan kita harus berjalan
dengan hati-hati supaya tidak ada orang yang melihat kita. Mereka akan merasa
sangat aneh jika melihat sepasang sepatu dan lilin bisa berjalan dan
berbincang-bincang,”
“Kamu benar juga
Lin..” mereka pun segera melanjutkan perjalanan mereka, untuk mencari tempat
tinggal atau majikan yang bisa menampung mereka dan merawat mereka.
Setelah ber
jam-jam mereka berjalan menyusuri lorong kota tua itu, akhirnya mereka
ditemukan oleh seorang nona muda yang merawatnya dengan penuh kasih sayang. Dan
kini mereka pun hidup dengan bahagia. (Dhea Annisa)
Dipublikasi Tabloid BIAS, Edisi 4, 2017
Sepasang Sepatu Usang
Reviewed by elisa
on
Monday, January 07, 2019
Rating:
No comments: