Penuh Haru, Film Ziarah Mengajakmu Bernostalgia Tempo Dulu
Jenis Film :
Drama
Sutradara :
BW Purba Negara
Penulis Skenario :
BW Purba Negara
Pemain :
Ponco Sutiyem, Rukman Rosadi, Ledjar Subroto
Waktu :
87 minutes
Tayang :
18 Mei 2017
Rumah Produksi Film :
GoodWork
Foto: vice.com |
Satu lagi karya sineas muda
Indonesia yang membanggakan. Film Ziarah besutan sutrada BW Purba Negara mampu
membawa berbagai penghargaan dan nominasi festival film baik di dalam negeri
maupun luar negeri. Film yang baru saja meraih penghargaan dari ajang bergengsi
ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017 ini mampu sejenak
mengajak penontonnya untuk kembali menengok sejarah lewat kesederhanaan Film
berdurasi 87 menit ini, disutradarai dan diproduseri oleh BW Purba Negara, yang
juga merangkap sebagai penulis skenario. Dengan pemain utama Ponco Sutiyem
sebagai Mbah Sri, Rukman Rosadi, Ledjar Subroto, Vera Prifatamasari, film ini
hampir seluruhnya menggunakan dialog bahasa Jawa.
Walau dikemas dengan sederhana,
namun setiap dialog di film Ziarah terbilang cerdas dan penuh makna. Alur maju
mundur yang digambarkan justru semakin menjadi kekuatan pada film ini. Ditambah
lagi akting dari Ponco Sutiyem, nenek berusia 95 tahun yang berperan sebagai
Mbah Sri juga sangat memukau. Film ini
berkisah tentang sosok Mbah Sri yang berjuang mencari keberadaan makam sang
suami. Hal ini dilakukan demi harapan Mbah Sri yang ingin dimakamkan dekat
pusaran sang suami. Sayangnya, kesetiaan dan harapan Mbah Sri harus berbenturan
dengan realita yang ada.
Perjalanan panjang Mbah Sri
mencari pusaran sang suami yang bernama Prawiro, bukanlah perjalanan yang
mudah. Setelah perang agresi militer ke 2, Prawiro, suaminya tidak pernah
kembali lagi. Mbah Sri meyakini Prawiro telah meninggal saat perang. Waktu
terus bergulir, sahabat-sahabat terbaiknya mati satu per satu. Semuanya
dimakamkan tepat di sebelah suaminya masing-masing. Keinginan sederhana itu pun
juga dimimpikan oleh Mbah Sri.
Dalam usahanya mencari pusaran
suaminya, Mbah Sri harus menjelajahi sejarah cintanya sekaligus berusaha
menelusuri apa yang pernah terjadi dengan bangsanya. Tidak heran, kisah
sederhana ini mampu membawa penonton pada rasa haru dan kasihan.
Film ini juga banyak bercerita
tentang perjalanan Mbah Sri menyusuri lembah, gunung, perbukitan, dan berbagai
bentang alam di pelosok-pelosok desa. Dalam perjalanan panjangnya, ia akan
bertemu dengan orang-orang yang yang tengah berdialog tentang tanahnya,
orang-orang yang memperjuangkan tanahnya, dan orang-orang yang tersingkir dari
tanahnya.
Selain nilai sejarah dan
kemanusiaan, film ziarah juga kental akan nilai budaya. Penggunaan bahasa jawa
pada hampir seluruh segmen film juga menjadi keunikan tersendiri pada film ini.
Apalagi pengambilan tema sejarah pada sebuah film masih suatu hal yang langka
dalam perfilman lokal.
Percakapan menggunakan bahasa
jawa juga membuat penonton harus benar-benar fokus pada layar tancap. Sebab
jika sedikit saja mengalihkan perhatian, mungkin kalian tidak akan paham alur
cerita selanjutnya.
Secara keseluruhan, film Ziarah
mampu mengajak penonton untuk larut dalam perjalanan Mbah Sri. Dari film ini
pula, kita bisa belajar tentang arti keikhlasan. Dengan sikap ikhlas yang
dimiliki oleh Mbah Sri, ia dapat mengais kemenangan, bahkan ketika ia terpuruk
dalam kekalahan. Sikap itulah yang membuatnya berhasil menemukan cinta dengan
cara yang tak pernah ia duga. (novia intan)
Dipublikasi Tabloid BIAS, Edisi 1, 2017
Penuh Haru, Film Ziarah Mengajakmu Bernostalgia Tempo Dulu
Reviewed by elisa
on
Sunday, January 06, 2019
Rating:
No comments: