Febty Fajar Rahayu Merantau ke Kota Pelajar Berjuang Demi Masa Depan
Febty Fajar Rahayu, cewek kelahiran
Jambi, yang kini menganyam pendidikan di Kota Pelajar, Yogyakarta. Bukan tanpa
sebab dia memilih Kota Pelajar itu sebagai tempat untuk menimba ilmu. Dekat
dengan keluarga, merupakan alasan utamanya. Febty, sapaan umum untuknya, bagi
Febty dapat bersekolah di Jawa, merupakan kesempatan yang luar biasa yang dia
peroleh, dia berharap dia dapat menambah ilmu pengetahuan, menurutnya Kota
Pelajar ini, memiliki kualitas pendidikan yang luar biasa baik. Dapat merasakan
udara Jogja, bukan berarti, Febty tidak memiliki masalah. Sejuta masalah harus
dia hadapai, setelah dia mendaratkan kakinya di Kota Yogyakarta. Perpedaan
bahasa menjadi faktor utama baginya. Tapi itu tidak menjadi penghalang bagi
Febty. Memiliki banyak teman merupakan suatu keuntungan terbesar yang Febty
miliki. Dari sana dia mulai belajar mana bahasa yang baik, dan mana bahasa yang
buruk. Serta perpedaan tingkah laku orang Jawa dan orang Sumatra juga menjadi
kesulitan besar bagi Febty, tapi itu semua lagi-lagi dapat diatasi oleh
orang-orang sekeliling Febty. Dari mereka semua Feebty tidak terjerumus ke
dalam tingakha laku yang sekiranya buruk.
Febty Fajar Rahayu |
Dari sekian banyak kegiatan yang disediakan
oleh sekolah, kepada IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) Febty lebih memilih
untuk mengabdi. Pernah merasakan OSIS saat menganyam pendidikan sekolah mengah
pertama (SMP) di Kota Jambi, membuat
Febty penasaran dengan organisasi yang diampu oleh Muhammadiyah itu. Memiliki
bidang yang sama, hanya beberapa kegiatan yang berbeda dengan OSIS,
menjadikan Febty semakin bersemangat
untuk aktif di dalam IPM. IPM dan OSIS kegiatan yang sama-sama menguras tenaga
tidak membuat Febty takut akan jatuhnya kesehatan atau mungkin jatuhnya nilai
mata pelajarannya.Meski sebelumnya dia sempat berpikir dua kali untuk ikut terjun
ke dalam organisasi yang diampu oleh Muhammadiyah.Namun, itu tidak melunturkan
semangat ketua IPM di sekolahnya ini. Baginya, apa yang dia kerjakan memang
memiliki resiko, nilai yang jatuh, kondisi fisik yang tidak bisa diajak kerja
sama selamanya itu semua harus siapa dia hadapi. Baginya, tidak selamanya
nilainya akan berada diatas, dan tidak selamanya kondisi fisiknya bisa diajak
kerja sama. Semua ada resikonya, dan ini resiko yang harus dia tanggung, tidak
dapat dihindari.
Dalam
hal pelajaran pula, Febty tidak memiliki kiat-kiat khusus dalam belajar. Dia
juga sama dengan pelajar-pelajar lainnya, bermain, belajar saat mendekati
ulanga harian. Hanya saja dalam beberapa kondisi yang berbeda, Febty akan mempersiapkannya dengan
matang. Seperti saat akan menjelang Ujian Kenaikan Kelas. Febty yang sejak
kecil sudah diajarkan oleh sang ayah untuk membuat jadwal, mulai menerapkan
didikan itu. Satu bulan sebelum ujian diadakan, biasanya Febty akan membuat
jadwal mengenai kegiatan, dan pelajaran-pelajaran yang akan dia ikuti. Pada
tanggal sekian dia akan belajar mata pelajaran yang sekiranya membutuhkan waktu
yang banyak, agar pada saatnya dia tidak akan kesulitan. Juga selalu beribadah
kepada Tuhan, menjadi kunci utama Febty untuk meraih prestasi, dan berserah diri
tentunya. Baginya, apa yang dia kerjakan itu semua untuk Tuhan, bukan yang
lain. Jadi, ketika Tuhan menghendaki kegiatannya dia akan mendapatkan hasil
yang gemilang, tetapi ketika Tuhan tidak memberikan ijin untuk melaksanakannya,
maka apa yang dia kerjakan semua akan sia-sia. Jadi, bagi Febty hal yang
membuat dia bisa berhasil adalah usaha dan berserah diri kepada Tuhan.
Rasa kesal pernah Febty
alami saat melakukan suatu lomba, harus meninggalkan sekolah juga tugas membuat
Febty meresakan kesal. Apalagi saat dia belum menyusun tugas tersebut kepada
guru yang bersangkutan. Tapi, Febty mencoba untuk mengambil hikmah di dalamnya.
Membawa nama baik sekolah merupakan alasan Febty tetap mengambil langkah untuk
mengikuti beragam lomba. Untuk tugas, dia yakin bahwa guru akan mengerti dan
memahami bahwa dia sedang mengerjakan amanat yang diberikan oleh sekolah untuk
dirinya. Juga berkat lomba-lomba yang kerpa ia ikuti, Febty mulai banyak
mendapat kenalan baru. Jadi, tidak selamanya Febty merasa kesal dengan amanat
yang dibeikan sekolah untuknya. Justru dengan amanat yang diberikan sekolah
untuk Febty itu, membuat Febty bisa berpikir bahwa ini adalah kesempatan yang
sebenarnya Tuhan berikan untuk Febty untuk menunjukkan bahwa Febty dapat
mengukir prestasi di Kota Pelajar ini.
Sering mendengar bahwa
anak yang berprestasi merupakan anak yang kutu buku, sulit untuk bergaul, dan
lain-lain, tidak menjadi penghalang utama bagi Febty untuk terus mengukir
prestasi. “Akukan ke sini emang buat cari prestasi, bukan cari sensani.” ujar
dengan tegas. Mencari prestasi sebanayk mungkin itulah hal yang diutamakan oleh
Febty, bagai mendengar suara hembusan angin yang belalu. Febty tidak terlalu
memikir semua celaan itu sebagai hal yang memberatkan aksi dan pikirannya.
“Hidup ku ya biar aku yang urus, nggak usah ikut campur, kan jalani aku, kenapa
pada ikut campur.” kata Febty dengan
yakin. Karena menurutnya, apa yang dia lakukan saat ini, belum tentu anak-anak
yang ikut mengurusi hidupnya, dapat mengurusi hidup mereka sendiri.
Febty juga anak remaja
seperti halnya anak di luar sana. Tentu dia ingin kelihatan seperti remaja yang
gaul yang aktif, tapi juga tidak meninggalkan prestasinya. Karena gaul nggak
harus nakal, dan mencetak prestasi nggak harus menjadi sosok yang kutu buku.
Banyak saat ini kita lihat, bahwa ada ribuan bahkan jutaan anak yang gaul tapi
tidak meninggalkan prestasinya. Dan itu yang Febty lakukan, banyak mengikuti
lomba menjadikan cewek yang saat ini duduk di kelas sebelas IPA sosok yang mudah bergaul dengan siapapun, dan
tentunya tidak ketinggalan zaman. Dari sekolah negeri hingga sekolah swasta,
Febty tau semua, dan itu berkat kegiatan yang menurutnya lebih bnayak unsur
positif daripada negatif. Penting dalam
bergaul tetapi penting juga dalam mencetak prestasi, begitu menurut gadi
kelahiran Jambi ini. Semua harus seimbang, gaul boleh, tapi gaulnya yang
membawa manfaat, jangan gaul yang akan menjatuhkan kita. Kalau bisa, malah gaul
yang akan membuat kita bisa dikenal di mata dunia, tentunya dikenal dalam hal
yang positif, jangan negatif. Kalau mau gaul tapi akhir-akhirnya nyusuahin
orang lain buat apa, mending di rumah baca buku aja.
Febty adalah satu dari
jutaan anak yang sedang berkhayal tentang masa depannya, satu dari ratusan juta
pelajar yang saat ini sedang berpikir tentang tindakan yang dilakukannya benar
atau atau salah. Tapi, Febty adalah satu dari sekian milyar anak yang berani
mengambil resiko dalam tindakannya. Dengan dilandasi niat, membuat Febty
membuka lembaran-lembaran baru untuk
memulai perjalanan menuju masa depannya. Tapi, bukan berarti hanya
dengan niat, lantas menjadikan ketua IPM di SMA Muhammadiyah 4 ini berani. Doa
serta keberanian yang Febty miliki juga menjadi pendorongnya untuk terus maju,
dan mencoba hal yang baru. Serta hal yang terus ditanamkan oleh kedua orang
tuanya untuk putrinya ini, selalu berserah diri dan berdoa kepada Tuhan, itu
kunci utamanya.
Dipublikasi di Tabloid BIAS, Edisi 1, 2017
Febty Fajar Rahayu Merantau ke Kota Pelajar Berjuang Demi Masa Depan
Reviewed by elisa
on
Tuesday, January 01, 2019
Rating:
No comments: