Stop Bullying! Berikan Hak Berpendapat Untuk Sesama
Frame Toleransi menurut pelajar SMA Pengudi Luhur Yogyakarta, Kevin
Cristabel tidak sekedar fokus ke perbedaan RAS, agama dan perbedaan pendapat.
Tetapi tentang bagaimana menyikapi pertemanan, misalnya kasus bullying.
“Nah, itu adalah cerminan yang menyimpang dari toleransi. Bagi saya,
terjadinya Bullying berawal dari perbedaan cara pandang masing-masing,”
paparnya. Siswa kelas X5 memberikan contoh perihal ini, ketika si A bergaul
dengan orang pendiam pasti tidak terlalu nyaman berteman dengan orang yang suka
berbicara. Perbedaan selera, cara pandang dan kemampuan berinteraksi inilah
yang mengakibatkan adannya kesenjangan antara mereka, yang efeknya memicu
terjadinya bullying.
Kevin, sapaan akrabnya berpendapat bahwa toleransi itu merupakan suatu
bentuk kerelaan kita dalam saling berbagi dan menghargai antarteman. “Disini
kita itu orang Indonesia, dengan berbagai beragam suku, budaya, bahasa, agama
dan segala macamnya. Maka sebenarnya kita juga dituntut untuk berpikiran
terbuka dan luas. Tidak yang seperti kita – kita sekarang ini, malah sedikit
melihat perbedaan itu menjadi bahan tertawaan bahkan ejekan. Aku keturunan
Tionghoa, kamu Jawa, yang satu lagi keturunan Dayak, nah hal itu justru harus
kita hargai dan hormati,” tegasnya.
Kevin, cowok yang hobi menggambar mengaku cukup senang dan bangga berada
di lingkungan yang heterogen. Baginya, semakin terbiasa di lingkungan yang
beragam, maka semakin terbiasa pulalah tingkat kepedulian kita dalam
bertoleransi. Sikap ini tentunya menjadi pedoman yang dapat menjauhkan dari
sikap egois dan apatis. Toleransi itu hak sekaligus kewajiban setiap
perseorangan. Jadi sebenarnya lewat toleransi kita tahu mana yang menjadi hak
kita dan mana yang menjadi kewajiban kita.
“Kalau dipikir lebih berat lagi, kita sebagai umat beragama tentunya
memiliki kepercayaan dalam mengimani Tuhan. Sebenarnya apa sih yang kita
dapatkan dalam memeluk suatu agama? Manusia diciptakan itu memiliki kodrat yang
sama dimata Tuhan. Namun, masih banyak dari kita kok sering ya merasa ‘agamaku
itu lebih baik dari agamamu’ yang lebih parahnya lagi, ternyata ada juga orang
– orang diluar sana yang rela pindah agama karena materi, harta, jabatan,
ketenaran, dan lain – lain. Lewat tersebut, apakah agama masih dianggap sebagai
ikon toleransi yang baik?” lanjut Kevin.
Di akhir percakapan, Pesan Kevin semoga toleransi di Yogyakarta tetap
terjaga. Semakin banyak orang-orang yang bersikap toleran dan menghargai
perbedaan, kita sedikit demi sedikit bisa membuat bangsa ini semakin maju. Salah
satunya bersikap toleran dari hal – hal yang sederhana dulu, seperti menghargai
teman sendiri dengan tidak memandang perbedaan sebagai bahan ejekan atau bully-an,
melainkan jadi semangat kita untuk berbeda – beda tapi tetap satu jua.
“Indonesia kan lahir dari segala perbedaan yang disatukan. Jadi
junjunglah persatuan dan kesatuan bangsa,” pungkasnya. (Anggi & Elisa)
Di Muat di Tabloid BIAS | Edisi 1 | 2017
Stop Bullying! Berikan Hak Berpendapat Untuk Sesama
Reviewed by elisa
on
Sunday, January 21, 2018
Rating:
No comments: