Krisis Global, Saatnya Berbagi Kepedulian
Ingat
krisis ekonomi 1998 yang menhancurkan perekonomian Indonesia? Bayang-bayang
keterpurukan kondisi finansial benar-benar menghantui. Hingga tak ada hal lain
yang menjadi mimpi terburu para pekerja, selain Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Krisis ekonomi yang menyebabkan daya beli konsumen berkurang serta penurunan
jumlah produksi merupakan pemicu timbulnya fenomena PHK. Tak ayal, kebijakan
terakhir yang banyak di tempuh oleh perusahaan adalah rasionalisasi jumlah pekerja.
Foto : http://bit.ly/2g6CGgI |
Rasionalisasi
pekerja memang erat kaitannya dengan krisis global. Namun, sebenarnya hal ini
bisa diminimalisasi dengan adannya perbaikan sistem administrasi. Logikanya,
jika manajemen suatu perusahaan bisa ditata dengan baik, mestinya ia bisa tetap
tegak berdiri, walaupun dibayang-bayangi ancaman inflasi yang mendatang.
Perencanaan kuangan, biaya profuksi, serta pengaturan-pengaturan lain harus
mempertimbangkan tingkat inflasi dengan berbagai kemungkinannya.
Inflasi
takkan bisa dicegah setiap tahunnya, dan krisis ekonomi global hanyalah satu
cara “mempercepat” proses tersebut. maka, alternatif-alternatif uasaha
pencegahan harus selalu disiapkan suatu perusahaan agar siap menghadapi setiap
guncangan ekonomi.
Dalam
kasus lain, kini sudah semakin banyak perusahaan yang memberlakukan sistem outsourcing. Sistem kontrak ini adalah
pihak yang sangat sensitive terhadap perkembangan inflasi. Kebijakan outsourcing dapat membantu sebuah
institusi mendapatkan karyawan dengan kualifikasi yang dibutuhkan secara
instan, disamping tanggung jawab perusahaan atas pengawai tersebut tidak akan
terlalu berat. Tetapi, bagi para pekerja kontrak, sistem ini beresiko karena
tidak ada kepastian masa kerja dan jaminan nasib pasca bekerja. Tak jarang para
pekerja outsourcing menjadi pilihan
utama para pengusaha untuk ‘dikorbankan’ ketika ancaman PHK mengancam. Tentu
saja, mengingat ketiadaan kewajiban perusahaan untuk member pesangon pada para
pekerja outsourcing pasca-kontrak
mereka. sangat berbeda ketika perusahaan terpaksa merumahkan para karyawan
tetap mereka, mereka harus memberikan pesangon yang layak kepada mereka, sesuai
dengan masa kerja dan pengabdian mereka.
Oleh
karena itu, sudah saatnya kita mencari pemecahan dari berbagai bentuk
‘penganiayaan’ terhadap buruh ini. Untuk usaha yang baru dibuat, pemilihan
sector yang bersiko tidak terlalu tinggi bisa menjadi pertimbangan untuk
mencegah potensi terpuruknya perusahaan karena krisis. Pembuatan
rencana-rencana cadangan tau yang lebih dikenal sebagai Plan B, dan juga sumber
keuangan lain juga diperlukan sebagai antisipasi. Bagi Anda yang telah
terlanjur terkena dampak PHK, jangan terpuruk pada ‘ritual’ meruntuki nasib
(dan institusi yang merumahkan). Hanya ada satu kata, bangkit.
Bagi yang
masih ‘bertahan’, cobalah untuk mengevaluasi kondisi keuangan. Jangan
menjadikan uang sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan. Sehingga Anda tidak
benar-benar menderita ketika ancaman itu muncul. Ingat, ada yang lebih tidak
beruntung daripada Anda! Ketika ancaman itu datang, usahakan untuk tetap
berpikir tenang. Tak pernah ada pemecahan yang baik dari kepala yang panas
bukan?. (Atina dan Adinda)
Dimuat di, Tabloid BIAS | Edisi 8 | 2008
Krisis Global, Saatnya Berbagi Kepedulian
Reviewed by elisa
on
Thursday, December 01, 2016
Rating:
No comments: