Hutan Bakau Baros : Belajar dari Mbah Warsono
“Bantul memiliki hutan bakau sebanyak 14 hektar, karena
akibat cuaca yang buruk, kini hutan bakau yang masih hidup hanya 5 hektar”.
Foto ; Dokpri |
Berawal
dari tawaran Relung Toyota diberi bibit bakau, tepatnya 5 Mei 2003 yang lalu
iseng mencoba-coba menanami bakau di sungai opak. Bibit diambilkan dari Batang,
Cilacap. Sungai opak di Baros pada waktu dulu sangat lebar, lebarnya lebih dari
20 meteran. “Ternyata cocok, bakaunya hidup. Kemudian simbah kembangkan dari
sisi Pantai Depok sampai sisi dekat
pantai Samas sana,” ceritanya.
“30 tahun yang
lalu areal sawah ini dan areal bakau ini dulunya Wedi kenser mbak,” cerita Pak Gito (75), salah satu warga yang
ditemui di sawah, mencari rumput untuk makan ternaknya.
Mbah
War setia merawat bibit bakau yang ditanaminya. Sejak mulai saat itu, Ia memutuskan
total merawat pohon bakau yang masih kecil-kecil siang ke malam hingga berhanti
hari dan tahun. Pohon bakau mulai tumbuh besar, banyak terjadi perubahan. Tanah
di dekat hutan bakau, yang awalnya penuh air, mulai kering. Mbah War, dan warga
Baros memanfaatkan lahan tersebut untuk bercocok tanam. Tanah di tanami
kacang-kacangan dan jagung. Sekitar 2008 pemuda-pemudi Barospun akhirnya turun
tangan, membantu mbah War mengelola hutan bakau yang mulai meremaja.
Latar
belakang mbah War menanami bakau untuk menghalau angin. Seperti yang
diceritakan mbah War, pohon bakau sangat membantu warga menyelamatkan tanaman
mereka dari terjangan angin laut yang kencang. Tidak hanya itu, pohon bakau
juga dapat mencegah terjadinya erosi laut. “Kalo dulu tanaman di sawah kalo
angin sebelah tenggara kencang, pasti rusak dan gagal panen. Sekarang tidak
lagi. Semenjak ada pohon bakau petani lebih tenang mbak,” tegasnya.
Harapan
sekaligus keprihatinan mbah War saat ini adalah, banyaknya mahasiswa yang
menyumbang dan menanam pohon bakau. Setelah menanam, pergi begitu saja. Mbah
War yang sudah lanjut usia mengaku prihatin. Karena melestarikan pohon bakau
tidak sekedar menanam saja, tetapi juga melakukan perawatan memupuk, memberi
obat dan merawat secara berkala. Kini, hutan bakau di Baros sudah menjadi milik
pemerintahan, setiap bulan sekali mengecek. Sayangnya, dari pemerintah itu
sendiri tidak ada apresiasi dan penghargaan kepada mbah War.
Elisa
Dipublikasi
di Tabloid BIAS | Eds 1| 2016
Hutan Bakau Baros : Belajar dari Mbah Warsono
Reviewed by elisa
on
Friday, August 19, 2016
Rating:
No comments: