Pendidikan Sebagai Jembatan Memperoleh Ilmu
Foto : Elisa |
Wajib belajar 12 tahun terus
digalakan. Setiap warga negara Indonesia berhak mengenyam pendidikan.
Menunjukkan pentingnya sebuah pendidikan, sejak dahulu ketika Indonesia masih
terjajah, RA. Kartini mengorbankan jiwa, raga dan pemikirannya agar kaum
perempuan juga berhak memperoleh pendidikan secara layak. Kaum pribumi yang
miskin seiring berkembangnya masa juga mulai bisa merasakan bagiamana
pendidikan. Sarana dan prasana memunguti ilmu lewat yang namannya belajar di
bangku formal masih menggunakan alat tradisional, sabak.
Pendidikan mengalami
kemajuan dari tahun ke tahun, hingga sampai detik ini. Detik dimana era digital
merambah ke mana-mana. Detik dimana era digital sebagai prasarana untuk mempermudah
untuk belajar. Ketika materi begitu mudah diperoleh hanya sekali tepuk. Jauh
berbeda dengan empat puluh tahun yang lalu. Pentingnya sebuah pendidikan,
banyak orang kini rela mengorbankan puluhan juta uang hanya mendalami satu
bidang ilmu.
Pemerintah juga turut
andil upaya menyejahterakan anak didik bangsa dengan memberikan fasilitas
berupa beasiswa bagi orang yang memiliki berprestasi. Hingga beasiswa bagi
orang yang tidak mampu. Sebuah apresiasi pemerintah terhadap pendidikan yang
luar biasa. Pemerintah juga memberikan kucuran dana untuk sekolah-sekolah yang
memang memberikan dana untuk pengembangan sekolah.
Orangtua yang
memiliki buah hati berlomba-lomba menyekolahkan putra-putrinya di sekolah
terbaik. Mendukung sebaik mungkin agar memperoleh pengelaman dan ilmu
pengetahuan yang lebih baik dari dirinya dahulu. Kesadaran orang tua akan
pentingnya pendidikan sudah sangat tinggi, dibandingkan kesadaran orangtua di
masa 40 tahun yang lalu. Dan, inilah sisi positif perkembangan pendidikan
Indonesia.
Dari beberapa
paragraf di atas yang mencerminkan kesadaran dan terjadinya perubahan yang
membaik, muncul satu permasalahan yang sam pelik. Kesadaran orangtua, peran
andil pemerintah memberikan bantuan dan fasilitas pendidikan dan guru pengajar
profesional yang sudah memadai, muncul permasalahan. Pelajar tidak mengejar
sejatinya ilmu dan pendidikan, mereka sekolah karena dorongan eksternal, bukan
dorongan internal dalam diri mereka sendiri.
Pelajar berlomba
merai peringkat dan meraih nilai terbaik hanya sekedar isapan jempol. Pelajar
mengejar nilai karena dorongan orangtua agar mendapatkan peringkat pertama
paralel, agar di pandang tetangga anak yang pintar, agar mendapatkan ijazah
dengan nilai terbaik dan alasan-alasan lain yang sifat menghilankan esensi pendidikan
itu sendiri.
Berawal dari tujuan
belajar dan sekolah yang salah berakibat fatal terhadap kasus yang besar.
Dampaknya, karena selama belajar fokus dengan mata pelajaran dan mengejar nilai
yang tinggi, lupa mengasah skill lain yang dimiliki. alhasil, setamat dari
bangku SMA/K/MA banyak orang yang mengalami kebingungan. Binggung ingin
menentukan tujuan hidup. Dampak lain, terjadi pengangguran dan sulit
mendapatkan pekerjaan. Untuk bekerja dan lolos seleksi kerja, setidaknya
memiliki skill dan memiliki personal branding yang baik.
Lain cerita bagi
pelajar yang mengorientasikan pendidikan sesuai dengan dorongan dalam dirinya.
Meniatkan sekolah bukan untuk memperoleh pengakuan dari orang lain, melain
memang haus akan ilmu pengetahuan dan memiliki tujuan dari hasil ilmu yang ia
cari untuk dibagikan lagi kepada orang lain. Pelajar-pelajar yang seperti
inilah yang mendorong mereka untuk terus aktif dan tidak ingin diam. Selalu
ingin bergerak dan mengikuti hal-hal positif.
Memanfaatkan peluang
semasih duduk dibangku sekolah adalah bantu loncatan untuk menata karir yang
matang di masa depan. Misalnya, mengikuti penelitian karya ilmiah, mengikuti
lomba-lomba yang diadakan di kabupaten, propinsi dan nasional. Tidak lupa juga
mengikuti organisas yang ada di kampus salah satu upaya memanfaatkan peluang
tersebut.
Pendidikan sebagai media
memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya. Bahkan, lewat jenjang pendidikan, mampu
mengantarkan seseorang yang miskin menjadi kaya, mengantarkan orang bodoh
menjadi pintar. Dengan catatan, memang benar-benar tulus mencari ilmu bukan
mencari penilaian masyarakat tentang siapa kita. Tidak ada jembatan yang lebih
berharga untuk menyejahterakan diri sendiri dan orang terdekat kita selain
pendidikan mencari ilmu.
Tidak memiliki uang
untuk mengenyam pendidkan bukan satu alasan. Belajar tak selalu di bangku
pendidikan formal. Menjadi orang pintar tidak selalu harus sekolah terlalu
tinggi. Hakikat pendidikan adalah, kecerdasan diri untuk mampu memungut ilmu
sedikit-demi sedikit. Kemudian, ilmu tersebut dikumpulkan. Kumpulan ilmu yang
diperolehnya bukan untuk memperalat atau untuk pamer, tetapi untuk dibagikan
lagi kepada yang membutuhkan. Karena pada dasarnya, manusia satu sama lain
saling mendidik.
Apa yang kita
niatkan, itulah yang akan kita dapatkan. Meniatkan untuk pamer, hanya akan
memperoleh pujian yang sekejap mata. Jika meniatkan untuk ikhlas belajar
banyak, maka semakin memperlihatkan betapa banyak ilmu Tuhan yang kita tidak
mampu menyerap secara keseluruhan. (Elisa)
Tabloid BIAS | No. 4 | Thn 2015
Pendidikan Sebagai Jembatan Memperoleh Ilmu
Reviewed by elisa
on
Friday, January 15, 2016
Rating:
No comments: