Kontribusi Pelajar Yogya Pada Kemajuan Kampung
Foto : Elisa |
Seiring
berkembangya teknologi dan kebiasaan pelajar yang tidak bisa lepas dari media
sosial, mendorong mereka untuk saling bersaing lewat status tentang kegiatan organisasi
yang sedang dijalani. Benarkah aktif mengikuti organisasi sebagai media untuk
pamer di media sosial? Agar terlihat eksis, terlihat menjadi orang yang penting
dan aktif? Benarkah mengikuti organisasi di kampung tidak memiliki “penilaian”
positif di mata para pelajar, sehingga banyak pelajar yang mengutamakan
organisasi di luar tempat tinggal mereka, agar tidak terkesan cupu, culun dan ndeso. Benarkah demikian? Seberapa
penting dan manfaat mengikuti banyak organisasi?
Tidak
setiap orang memiliki kemampuan multitasking. Termasuk multitasking dalam hal
mengikuti banyak organisasi. Pascalis Sunu, SMA N 6 Yogyakarta, Kelas XI IPA
mengikuti lima organisasi di luar tempat tinggalnya. Meskipun aktif di banyak
organisasi, ia juga tetap mengikuti satu kegiatan organisasi yang ada di
kampungnya. Baginya, mengikuti banyak organisasi itu memberikan banyak
pelajaran, wawasan dan pengalaman.
“Kalo
di kampung membantu kita untuk bersosialisasi di masyarakat, misalnya aku jadi
tahu daerahku sendiri dan orang-orang yang tinggal dalam tempat yang sama.
Sedangkan organisasi di sekolah untuk menyalurkan bakat dan minat, serta untuk
melatih kedisiplinan,” paparnya. Pendapatnya di-iya-kan oleh temannya, yaitu
Wardah yang juga tidak kalah aktif dibandingkan Pascalis. Wardah mengikuti
empat organisasi di sekolah dan tiga organisasi di tempat tinggalnya.
Bagi
Wardah, mengikuti organisasi di sekolah dan di tempat tinggalnya memang
memiliki rasa dan tantangan yang berbeda. Wardah memaparkan bahwa mengikuti
kegiatan di sekolah ia manfaatkan untuk belajar, dan mencari sebanyak-banyaknya
ilmu di sana. Kemudian, ilmu yang diperoleh dari mengikuti organisasi di
sekolah di share dan diterapkan di organisasi tempat tinggalnya, yang bisa
dilakukan dalam bentuk kegiatan di kampung.
“Soalnya kalo mengikuti organisasi di sekolah itu
kayak kita itu pelajaran. Nah, kalo mengikuti organisasi di kampung itu tinggal
bagaimana kita menerapkan apa yang sudah dipelajari,” tandasnya, menegaskan.
Seperti yang dilakukan oleh kelompok organisasi kampung, KARISMA di Kwasen,
Bantul yang memanfaatkan semangat para pelajar untuk peka terhadap lingkungan,
tempat tinggal mereka dengan melakukan aksi sosial. Bentuk aksi sosial seperti
membersihkan musola, kerjabakti setiap seminggu sekali dan membuka les untuk
anak-anak yang masih sekolah. “Aksi seperti ini diharapkan untuk menjaga
solidaritas, kekompakan dan memberikan kontribusi terhadap lingkungan tempat
tinggalnya,” kata Siddiq Nuruddin (20), sebagai ketua KARISMA. (Elisa &
Bagus)
Tabloid BIAS | No. 4 | Thn 2015
Kontribusi Pelajar Yogya Pada Kemajuan Kampung
Reviewed by elisa
on
Thursday, January 14, 2016
Rating:
No comments: