Batik Terang Bulan : Sistim Kekeluargaan Dalam Berbisnis
Foto : Istimewa |
Toko Batik Terang bulan berdiri sejak 29 Agustus 1942. Pak
Mudakir adalah pendiri pertamakalinya, kemudian dilanjutkan oleh putra
keempatnya bernama H. Ismail. Sekarang, Toko Batik terang bulan dilimpahkan
pada putra pak Ismail. Batik terang bulan merupakan toko pertamakali yang
berdiri di Yogyakarta, khususnya di kawasan Malioboro. Dari sebelum Indonesia
merdeka, sampai saat ini, toko ini masih tetap bertahan.
Keunikan dari toko batik ini adalah menerapkan sistem kekeluargaan. Sampai saat ini, karyawan yang bekerja di
toko batik terang bulanpun juga turun-temurun. Sistem kekeluargaan ini juga
diterapkan oleh para pengrajin batik itu sendiri. jadi, proses produksi batik
itu sendiri diberdayakan oleh masyrakat sekitar Malioboro. Terutama di kawasan
Jeron Benteng, tanah kelahiran Ibu Mudakir. Jadi, warga Jeron Benteng membatik,
kemudian dijualkanlah ke Terang Bulan.
Sejarah Berdirinya Terang Bulan
Pak Mudakir berasal dari Kota Gede yang terkenal dengan kerajinan
Perak hingga saat ini. Sebelum tahun 1945 pengrajin perak berjaya dan menjadi
Andalan. Begitupun dengan pak Mudakir dan teman-teman yang lain. Andalan dan
jualan mereka adalah berbagai bentuk kerajinan perak. Singkat cerita, pak
Mudakir membeli toko, dimana toko tersebut sebelumnya digunakan untuk menjual
kelontong oleh warga negara Jepang. Waktu itu, memang banyak orang Jepang dan
Belanda masih ditemui di Jogja.
Setelah toko tersebut dibeli, tepatnya pada tahun 1942 Pak
Mudakir menjual aneka kerajinan perak dan tenun batik. Memang, pada waktu itu
belum mengenal dan tahu kain. Masyarakat masih banyak yang menggunakan tenunan.
Tidak ada usaha yang bisa mulus semulus jalan tol, kemudian
tahun 1964 terjadi huru hara negara. Di tahun itulah, kualitas perak anjlok.
Banyak pengrajin perak kota gede gulung tikar dan bangkrut. Hingga pada suatu
ketika, pak Mudakir tidak melanjutkan usahanya dibagian perak, malainkan
melanjutkan usaha batiknya. Hingga sampai saat ini.
Pertamakali, nama yang digunakan bukan Terang Bulan,
melainkan “Toko Indonesia”. Logo yang digunakan pada waktu itu menggunakan
warna merah putih. Merah dibagian tulisannya, sedangkan bagian dasarnya
berwarna putih. Nama tersebut menandakan dan menunjukan kepada warga pribumi,
bahwa pemiliknya adalah dari Indonesia. Tentu saja, pada tahun 1942 hampir
semua titik dikuasai oleh sang penjajah. Seiring berjalannya waktu, ketika
Indonesia merdeka dan modernisasi kian ramai, nama itu diganti “Terang Bulan”
dengan dasar yang sama, yaitu tulisan berwarna merah, dan dasarnya berwarna
putih.
Batik Terang Bulan Go Internasional
Sistem kekeluargaan yang diterapkan oleh pemilik toko dan para
karyawan, ternyata berlaku juga untuk para pelanggan toko batik Terang Bulan.
Banyak pelanggan yang lebih puas membeli batik di toko yang sudah berdiri sejak
puluhan tahun. Jadi, pelangan sekalipun juga turun temurun berlangganan. Jenis
batik yang di jual Terang Bulan ada beberapa jenis seperti batik wonogiren dan
batik banyumasan.
Para pelangan pun berdatangan dari berbagai kota, bahkan
negara. Salah satunya dari Jepang. Setiap berkunjung ke Jogja, mereka selalu
menyempatkan diri untuk mampir membeli Batik khas Terang Bulan. Hasil dari kain
yang dibeli, dijual kembali di negara aslinya, di negeri Sakura. “Jadi,
hubungan antara pelanggan dan karyawan sudah sangat dekat disini. Seperti
keluarga sendiri,” terang pak Ismail kepada Adiluhung.
Selain
dari Jepang, ada juga pelanggan dari Belanda. Seperti Jog Afe yang pernah
menjabat sebagai kepala rumah tangga istana negara. Ia juga pelanggan toko
batik Terang Bulan. Pernah pula suatu ketika, pada tahun 1962 Sri Sultan
Hamengkubuono ke IX juga pernah dirawuhi
kanjeng sultan. Dimana, kedatangannya pun menjadi sebuah kehormatan tersendiri
“Kami mengartikan kedatangan kanjeng sultan sebagai bentuk perhatian, kami
anggap suatu barokah yang harus di syukuri dan memberikan semangat bagi kami
masyarakat kecil yang biasa,” papar H. Ismail saat ditemui di tokonya. (Elisa)
Batik Terang Bulan : Sistim Kekeluargaan Dalam Berbisnis
Reviewed by elisa
on
Sunday, October 18, 2015
Rating:
No comments: