Mencari Ruang Baru
Foto : Istimewa |
Hati teriris sudah hal biasa. Menangisinya juga
sudah hal yang biasa. Yang mnjadi pertanyaan adalah, apakah orang yangku
tangisi tahu bahwa setiap kali balasannya yang lembut itu melukaiku? Bahkan
melukai sampai dalam. Apakah aku menangisinya, dia tahu besarnya rasaku?.
Apakah dia juga tahu sikapnya yang terlalu baik justru membuatku ngiluuu.
Aku selalu pulang pada Tuhan, selalu bertanya, dan
diam, selalu diam menantinya. meskipun tersakiti, entah kenapa masih bertahan.
Mempertahankan sseorang yang belum tentu mampu mempertahankan harapan yang sama.
Saat aku sebenarnya menginginkan solusi agar aku tidak pura-pura baik, namun,
mulut dan tanganku ngilu, tak mampu mengutarakan karena status pertemanan yang
tidak berhak meminta hal itu.
Tidakkah dia berfikir sikapnya seperti itu
melukaiku? Kata dan kalimat halus dan baikpun ternyata mampu melukai. Tidakkah
dia tahu, jika dia tahu perasaanku, besar rasaku, harusnya dia tidak memberlakukan
seperti ini. Dia tidak melepaskan tali di kakiku, yang jelas-jelas aq tdk akan
bisa lari jauh darinya. Bukankah seharusnya dia melepaskanku dengan sekuat
tenaga. Tidak mempedulikanku aq harus berontak, stidaknya itu cara yg lebih
baik untukku.
Wahai hati yang rela tersakiti. Tidakkah kau harus
peduli pada dirimu sendiri. Dirimu berhak mendapatkan kebahagiaan, dirimu
berhak mendapatkan orang yang mencintaimu. Kau yang selalu mmberikan cinta
kepada oranglain, harusnya kau mendapatkan cinta dari orang lain.
Oh tuhan~ sesungguhnya Engkau maha pengasih lagi
penyayang. Hanya Engkau yang memberiku kasih sayang yang utuh, meskipun kasih
sayangMu tdk terlihat dan sering aq abaikan.
Tuhan, sesungguhnya engkau tahu hati dan pikiranku.
Tuhan, maafkan aku yang selalu keras kepala. Tuhan, datangkanlah cinta lewat
seseorang yang telah engkau tunjuk, sembuhkan luka di hati yang teriris iris
ini.
Yogyakarta, Januari 2015, di
pertengahan malam yang sunyi
Mencari Ruang Baru
Reviewed by elisa
on
Thursday, July 02, 2015
Rating:
No comments: