Tidak Memiliki Uang Bukan Alasan Untuk Putus Sekolah
Pernah mengalami putus
sekolah? Saya pernah dan terjadi beberapa kali. Meskipun tidak begitu
mengenaskan, yah, lumayan bisa digunakan untuk bercerita dan menjadi bahan tulisan.
Menurutku dan bagiku, sekolah dimanapun tidak masalah, yang menjadi masalah
ketika kita tidak mendapatkan apa-apa dari sekolah itu.
Sejak dulu, sejak duduk di
bangku SMP mendapatkan sekolah yang nyaris tutup. Yah, sekarang SMP tempatku
belajar sudah berstandar Nasional. Disinilah zona amanku, saat SMP. Meskipun
ayah kerja tidak pasti peghasilannya, ada kakak perempuanku yang Ibu andalkan
untuk biaya pendidikanku. Bahkan, waktu SMP saya sudah memegang ponsel pribadi
pertamakali.
Saat dibangku SMK, karena
kakak perempuanku pulang dari merantau dan sudah berkeluarga, maka tidak ada
yang diandalkan lagi. Ada fase dimana saya tidak bisa membayar sekolah,
untungnya, karena kemampuanku dibidang non akademik, sekolah mencarikanku
beasiswa. Yah, beasiswa karena memperkenalkan SMK yang nyaris tutup itu ke
media.
Begitupun ketika duduk
dibangku Perguruan Tinggi. Singkat cerita, karena mendapatkan beasiswa bebas
uang gedung dan beasiswa SPP & SKS selama setahun, saya meneruskan
Perguruan Tinggi. Semester ke tiga, masalah kembali menerpa. Waktu itu, uang kerja paruh waktu di rental
computer habis digunakan untuk membayar angsuran kredit motor. Sedangkan untuk
membayar SPP & SKS pun tidak ada sepersenpun. Bapak tidak bekerja, dan Ibu
sebagai pengasuh bayi tidak sebera, habis untuk uang makan sehari-hari.
Rejeki sudah ada yang
mengatur oleh Tuhan sedemikian rupa. Namannya pak Yono, pegawai TU yang tidak
akanku lupakan kebaikan hatinya. Ia mati-matian mencarikan beasiswa untukku
agar tetap lanjut kuliah. Waktu itu padahal tengah mengurus surat untuk tidak
melanjutkan kuliah. Karena mendengar cerita dari salah satu teman, Pak Yono
menemuiku dan menyemangatiku agar tetap lanjut.
Oke, memenuhi kesempatan
yang ditawarkan Pak Yono beberapa hari kemudian, aku pun datang ke SMK meminta
surat keterangan. Karena suatu hal, pintu gerbang di tutup, dan kepala sekolah
nekat naik gerbang, hanya demi cap legalisir yang saya minta. Disitu, hatiku
begitu bahagia, seorang kepala sekolah yang benar-benar melayani dan mengupayakan
apapun untuk siswa alumninya – yah, beliau adalah sosok guru sekaligus kepala
sekolah yangku kagumi dan kubanggakan tentunya.
Singkat cerita, sampai
selesailah aku menyelesaikan pendidikanku di Perguruan TInggi. Semenjak
beasiswa di semester tiga, saya aktif dan terus mendapatkan beasiswa hingga
lulus. Yah, sebenarnya tidak sesederhana ini ceritanya. Ada masa di mana aku menangis karena tidak memiliki uang,
kemudian harus mengajukan dispensasi ke rektor karena uang beasiswa belum turun
saat ujian datang dan harus melunasinya.
Apapun itu ceritannya, aku
tetap menikmati dan mensyukurinya. Kini, setelah aku tidak kuliah lagi, rasa
syukur itu semakin berlipat-lipat. Prinsipku adalah, sebanyak apapun uang kita
ataupun, tidak punya uang sama sekali kita, selama itu dibelanjakan untuk
kebaikan, Tuhan akan berikan cadangan lain untuk hal itu.
Tidak Memiliki Uang Bukan Alasan Untuk Putus Sekolah
Reviewed by elisa
on
Saturday, June 27, 2015
Rating:
Setelah ga kuliah biasanya kangen kuliah. Semoga bisa lanjut kuliah lagi ya, mba.
ReplyDeleteIya bener mbak Ila, setelah kuliah selesai, rasannya jadi kangen ketika masa-masa kuliah bareng teman-teman. Kenangan-kenangan masa lalu jadi teringat. Amin, kalo sudah rejekinya, pasi sekolah lagi :). Salam semangat!
DeleteJadi terinspirasi mbak. thanks sharing ceritanya. Semoga sukses selalu . Salam.
ReplyDeleteHai Sulfi. bagaimana kabarmu? Kamu juga sukses selalu yaaaa....
Delete