6000 Sepeda Motor setiap Tahun Padati Yogyakarta
Foto : Elisa |
Pelajar Yogyakarta mulai menikmati kendaraan pribadi ketimbang naik
kendaraan umum ketika berangkat ke sekolah. Mayoritas mereka menggunakan sepeda
motor ke sekolah. Hal ini tentu saja bertolak belakang masa-masa dahulu.
Dahulu, kendaraan umum menjadi salah satu transportasi yang paling banyak
digunakan, sedangkan kendaraan pribadi suatu alat transportasi yang tergolong
mewah. Hanya orang-orang yang mampu yang bisa membeli kendaraan pribadi.
Jalur bus umum yang dahulu sering ditemui, khususnya yang masuk ke
kawasan ke kecamatan atau ke desa-desa sudah tidak ada lagi. Seperti jalan
Piyungan-prambanan, Imogiri-pasar bantul, Pasar Imogiri-Pajangan. Jalur-jalur
ini kini semakin sulit ditemui. Terutama jalan Piyungan-prambanan, dahulu
banyak sekali metromini, kini nyaris tidak ada. Usut punya usut, ternyata
armada mengalami penyusutan cukup drastis, dari 47 armada menjadi 17 armada.
Tidak heran jika angkutan umum kini mulai merosot akibat semakin sedikit peminatnya.
Mudahnya memperoleh sepeda motor memicu masyarakat berbondong-bondong
memiliki kendaraan pribadi. Termasuk Pelajar dan Mahasiswa di Yogyakarta.
hampir semua pelajar ke sekolah menggunakan sepeda motor. Menariknya, setiap
ada model terbaru, banyak juga diantara mereka ganti model motor. Alasan klasik
kenapa pelajar lebih memilih kendaraan pribadi karena lebih menghemat biaya, waktu
dan dianggap lebih praktis serta gengsi terhadap teman-teman. Yogyakarta mulai
padat kendaraan fakta yang sudah mulai tampak di depan mata. Kendaraan roda dua
mulai memenuhi jalanan. Perbulan setidaknya ada 500 sepeda motor terjual. Jika
dikalkulasikan pertahun, setidaknya ada 6000 sepeda motor. Angka yang cukup
luar biasa.
Yogyakarta Macet? Akankan Menyaingi
Jakarta?
Kemacetan tidak memandang kota.
Ternyata kemacetan tidak dimonopoli oleh Jakarta. Yogyakartapun juga sering
macet. Setidaknya terdapat 27 titik rawan kemacetan di Yogyakarta. Kawasan
Polresta Yogyakarta sendiri ada 13 titik rawan macet, kemudian di kawasan
Sleman terdapat 9 titik rawan kemacetan dan di Bantul ada tiga titik kemacetan.
Paling sedikit titik kemacetan berada di Kulonprogo dan Gunungkidul, hanya
terdapat satu titik kemacetan saja.
Permintaan kendaraan pribadi dari tahun ketahun semakin banyak dan
cenderung meningkat. Tahun 2012 ada 7.141.586 sepeda motor. Tahun 2013
penjualan motor di Indonesia mengalami kenaikan menjadi 7.771.014, angka yang
fantastis. Tidak heran jika produsen menjadikan Indonesia sebagai salah satu
lahan empuk untuk menginvestasikan produk mereka. Wajar jika kendaraan umum
mulai kehilangan peminatnya. Didukung angkutan umum dianggap kurang
representatif dan memberikan rasa “nyaman” kepada penumpang. Belum melihat dari
segi kacamata bahan bakar yang diperlukan perhari, padahal setiap hari cadangan
minyak bumi semakin terbatas, tetapi permintaan semakin besar.
Solusi Bukan Sekedar Wacana Berujung
Kontroversi
Pelajar beralih dari kendaraan umum ke sepeda motor tidak sepenuhnya
salah. Karena memang beberapa daerah seperti di Kulonprogo, memang jarak tempuh
dari desa ke tempat sekolah jauh. Banyak desa-desa lain yang juga jauh dari
jangkauan transportasi umum. Akhirnya memutuskan menggunakan kendaraan pribadi.
Setiap tindakan memiliki alasan, dan setiap alasan dibenarkan. Karena semua
pendapat dianggap benar.
Menggunakan transportasi umum membutuhkan waktu jauh lebih lama. Apalagi di
beberapa titik yang mulai jarang dilewati angkot/metromini, sekali ada dan
lewat selalu kesiangan. Bagi anak-anak sekolah tentu saja keterlambatan sangat
mempengaruhi. Cara mengemudi yang ugal-ugallan juga menjadi salah satu alasan
klasik. Ketia jam sekolah usai, pelajar yang tinggal di kawasan yang tidak
banyak dilalui angkot/metromini juga menjadi kendala tersendiri. Karena di atas
pukul 14.00 rerata bus umum mulai jarang beroperasi, tidak sebanyak ketika pagi
hari.
Menyediakan transportasi umum yang nyaman adalah langkah yang cukup
menarik perhatian sebenarnya. Kemudian dibeberapa titik yang tidak banyak
dilewati metromini/angkot mulai ditambah. Menawarkan kemudahan melalui
transportasi umum yang representatif terlebih dahulu itu lebih penting, daripada
menghimbau melakukan pembatasan penjualan sepeda motor tetapi tidak dibarengi
dengan fasilitas yang memadai. “Kembali ke Transportasi umum?, Siapa takut!”
(Elisa, BIAS 2014)
6000 Sepeda Motor setiap Tahun Padati Yogyakarta
Reviewed by elisa
on
Tuesday, November 04, 2014
Rating:
No comments: