Melarang Tahlil & Sholawat, Tetapi Tetap Melakukannya Tanpa Sadar
Foto : Elisa |
Di dalam Islam, Apa hukumnya
tahlil dan sholawat? Boleh atau tidak boleh? Ada segolongan yang mengatakan
tahlil boleh, ada pula yang mengatakan tidak boleh, itu bid’ah dan lain sebagainya.
Kali ini kita membahas hukum tahlil.
Membahas tahlil, untuk lebih
jelasnya, kita harus tahu terlebih dahulu sejarah kemunculan NU dan
Muhammadiyah (MD). NU lebih fokus pada masyarakat “ndeso”. Karena orang “Ndeso”,
mereka sulit dalam menangkap informasi dan pemahaman baru. MD lebih fokus pada
masyarakat “kota”. secara logika dan pemahaman jauh lebih baik selangkah
dibandingkan orang-orang yang “ndeso” itu tadi.
Sebagian Muhammadiyah ada yang
melakukan tahlilan dan sholawat, ada pula yang tidak melakukan tahlilan dan
sholawat. Ini karena mereka memiliki dasar sendiri. Mayoritas Muhammadiyah yang
melakukan tahlilan dan sholawat adalah mereka yang berada dikawasan
perkampungan atau “ndeso” karena berbaur dengan orang-orang “ndeso” yang
mayoritas adalah orang NU.
Penyebaran Islam Muhammadiyah
dalam mengenalkan agama Islam lebih mudah. Karena mereka lebih memiliki
kemampuan kognisi yang lebih maju. Berbeda dengan orang NU, penyebaran islam
jauh lebih sulit. Karena di desa, masyarakat lebih kolot dan kuper (nyaris
tidak tahu dunia peradaban kota) pada waktu dulu. Orang “ndeso” saat diberikan
pengertian A tidak langsung paham, sebaliknya orang kota saat diberi pengertian
A, mereka cepat menangkap dan paham, inilah perbedaan yang menyebabkan terjadi
perbedaan antara MD dan NU. Agama yang mereka anutpun sebelumnya (Hindu dan Budha)
juga masih sangat begitu kental. Mereka juga cukup keras menerima ajaran islam
masuk. Karena budaya yang sudah ada pada itulah, Islam diperkenalkan dengan
cara-cara yang lebih halus kepada mereka. misalnya dengan tahlilan, sholawatan,
dan lain sebagainya.
Tujuannya agar masyarakat lebih
paham dan mengerti dengan islam itu sendiri, lebih tepatnya memperkenalkan
doa-doa dan dzikir secara tidak langsung lewat budaya yang telah ada. Generasi ke
generasi, cara-cara seperti itu masih terus dilakukan sehingga menjadi sebuah
budaya dan tradisi. Hal yang ingin saya sampaikan disini perihal tahlilan yang
sering menjadi perdebatan. Inti dari tahlilan apa? menyebut/menyanyung nama
Allah dan Rosul. Bahkan setiap sholat lima waktu didalam bacaan sholat juga ada
sholawat. Secara langsung dan tidak langsung sebenarnya setiap hari kita sholat
lima waktu juga bersholawat, selesai sholawat kita juga berdzikir.
Tahlil hanya salah satu cara
penyampaian islam kepada mereka yang dulu pertamakali mengenal dan
memperkenalkan kalimah-kalimah Tuhan kepada masyarakat “ndeso”. Seperti yang
kita tahu sampai saat ini, masyarakat “ndeso” secara pengetahuan dan kognisi
tidak secemerlang orang-orang kota yang lebih berpengatahuan. Tujuannya jelas
baik, yaitu mengagungkan Tuhan dan Rosul. Jadi tahlil itu diperboleehkan.
Kemudian sebagian besar masyarakat
kita tahu ada budaya pengajian, berjanji. Dimana dalam pengajian tersebut
biasannya situan rumah memberikan sebuah suguhan makanan dengan niatan shodakoh
atau beramal baik. Kemudian si pemilik meniatkan shodaqoh dan amal baik
tersebut ditujukan kepada saudara yang sudah meninggal. Atau sebuah kebudayaan,
ketika ada orang yang meninggal pihak keluarga melakukan tahlilan dna
mengirimkan doa kepada orang yang meninggal. Hal ini nampaknya menjadi
perdebatkan lagi untuk beberapa orang yang tidak percaya cara-cara seperti itu
hanya sia-sia dilakukan.
Ada sebuah analogi yang dapat
menjelaskan paragraf di atas. Anda percaya pada Tuhan bukan? Anda pernah berdoa
untuk diri Anda dan Orang Lain bukan? Dan apakah anda juga percaya bahwa doa
yang Anda panjatkan didengarkan dan dilain kesempatan juga akan dikabulkan oleh
Tuhan bukan?. Jika jawaban iya, maka penjelasannya cukup analogi ini. Jika ternyata
jawaban Anda adalah TIDAK PERCAYA PADA TUHAN dan Tidak pula percaya pada doa
seperti itu, saya punya sebuah cerita.
Ada kisah nyata, sebut saja si X.
Dia tidak mengenal Tuhan. Setiap melakukan apapun ia melakukan sendiri, tanpa
bantuan dari Tuhan. X cukup mahir dan tidak pernah mengalami kesulitan yang
begitu memojokkan. Sekalipun ada masalah, si X mampu menyelesaikannya. Suatu hari,
ketika ia pergi disuatu tempat, ia terjatuh dan masuk ke jurang. Untungnya si X
masih bisa bertahan karena tersangkut. Tak ada seorangpun yang menolong dan
melihat tragedi jatuhnya si X. dari situlah, si X yang tidak mengakui Tuhan, di
hati kecil yang paling dalam, saat posisinya yang diambang kematian, di dalam
hati akhirnya ia berteriak meminta tolong pada Tuhan. Saat itulah, ia percaya
adannya Tuhan. Ajaibnya, detik setelah pengakuan terkecil dari hatinya,
muncullah pertolongan Tuhan lewat seorang petan yang tak sengaja melihat dan
menolongnya. Dan masihkah tidak percaya apa yang kita minta pada Tuhan tidak
pernah sampai padaNYA??? Tidakkah kau berfikir? . sekian~ (ada yang mau
menambahkan, dipersilakan)
Melarang Tahlil & Sholawat, Tetapi Tetap Melakukannya Tanpa Sadar
Reviewed by elisa
on
Friday, June 20, 2014
Rating:
No comments: