Capung Sebagai Bio Indikator Perairan Dan Lingkungan Sehat
Si Capung mendarat di tanganku dengan lemah lunglai (Foto : Elisa |
Capung tidak lagi banyak ditemui di
kawasan persawahan dekat rumah, sekalipun ada jumlahnya mengalami penurunan. Alasan
mengangkat tentang capung dikarenakan hewan ini dijadikan salah satu hewan yang
dapat digunakan sebagai indikator lingkungan yang sehat dan sebagai indikator
bahwa air yang masih banyak capung masih bersih. Bagaimana bisa? Tentu saja
bisa!, merunung kebelakang sekilas, coba tengok pembuatan pesawat terinspirasi
dari apa? ada yang bilang terinspirasi dari burung, namun ada juga yang bilang
terinspirasi dari capung. Namun ada satu hal yang lebih penting dan kita
abaikan, yaitu capung sebagai alarm dari alam, cara alami untuk menengarai suatu
wilayah atau daerah itu tercemar atau masih bersih. Semakin menarik bukan? Yuk simak
lebih dalam ke dasar hati (loh loh jadi gombal).
Capung salah satu serangga yang dijadikan
dijadikan sebagai bio-indikator
perairan dan lingkungan yang sehat. Bukan tanpa alasan, ternyata
Capung berkembangbiak di dalam air. Wah wah.. siapa yang baru tahu? (hehehe
penulis baru tahu tahun 2012 yang lalu). Nah, Capung hanya bisa bertahan hidup
di kondisi air yang bersih. Capung dewasa yang siap bertelur akan menaruh telur
di atas permukaan air (wah wah keren, seperti spon yang mengambang di
permukaan).
Ada yang tahu apa makanan capung? Sebelumnya
penulis mau tanya dulu, pernah lihat capung secara langsung bukan? Biasannya capung-capung
ini akan banyak kita temui di area persawahan atau di dekat sungai yang dipenuhi
belukar rerumputan liar. Capung-capung akan banyak kita temui di pagi hari dan
sore hari. Nah, ternyata makanan capung adalah ikan-ikan kecil dan plankton
yang ada di air loh. Wuih.. pasti tidak menyangka bukan? Kayak ikan paus aja
makannya para plankton ya. Atau kamu yang rumahnya di dekat persawahan dan
masih ditemui Capung, pasti didalam rumah tidak banyak nyamuknya bukan? Hal ini
disebabkan jentik-jentik dan nyamuk itu sendiri dimakan oleh si anak capung. Jadi
telur Capung menetas menjadi serangga air, nah anak Capung yang menetas inilah
yang akan memakan jentik-jentik di air. Baru setelah sudah dewasa akan
bermetamorfosa menjadi capung. Dengan kata lain nyamuk santapan favorit Capung
juga loh. Wuih wuih kasihan si Cicak tidak kebagian daging nyamuk xixixixi.
Capung menguntungkan para petani,
penasaran bagaimana bisa? Berdasarkan penelitian (lupa sumbernya, tapi yang
jelas Pempretku pernah cerita) makanan capung itu adalah kutu tanaman dan
serangga yang berbahaya untuk tanaman loh. Penelitian yang pernah dilakukan di
Jerman, Australia dan Perancis dalam Jurnal Proceedings
of the US Academy of Sciences (PNAS) menemukan bahwa penggunaan pestisida
atau pupuk yang dilakukan oleh para petani dapat membunuh setengah Capung,
dalam penelitian juga dituliskan dampaknya mampu membunuh setengah keragaman hayati
invertebrata. Capung juga termasuk serangga, masih sekelas dengan Odonata. Dapat
disimpulkan sementara bahwa, persawahan yang tidak terlalu banyak menggunakan
pestisida maka akan ditemukan capung. Mungkin ini alasannya kenapa sawah dekat
rumah penulis jumlah capung semakin sedikit dibandingkan dahulu saat penulis
masih kecil.
Capung di dunia memiliki banyak
jenisnya, namun di Indonesia yang paling banyak ditemui adalah jenis capung
jarum, capung jarum banyak kita temukan di sungai-sungai. Ada satu jenis capung
yang sering kita lihat di persawahan (tapi lupa penulis nama capung apa yang di
sawah itu. hehehe). Berdasarkan Departemen Penelitiandan Pengembangan Indonesia
Dragonfly Society (IDS) mencatat ada sekitar 122 jenis Capung yang ada di Jawa
(ini baru di Jawa loh ya), sebagian besar capung-capung tersebut sangat sulit
ditemui.
Jika dulu saat masih kecil selalu
berburu Capung, capung ditangkap dan diikat ekor capung pakai benang dan si
capung akan terbang. Pernah memperhatikan capung terbang? Atau dulu saat
menangkap capung mengalami kesulitan karena si capung sangat cepat berkelit
melihat gerak-gerik kita dan memiliki kecepatan terbang yang “super cepat”. Aitt..
tunggu dulu, capung memiliki mata seperti ular,
tahu fakta tentang mata ular bukan?, tidak jauh beda sama mata Capung. Mata
capung yang terkotak-kotak seperti mata si Ultramen itu membantunya untuk
melihat objek berbagai sudut, jadi ketika kita mengendap-endap ingin menangkap
dari belakang si Capung sudah jauh terbang melesat. Capung salah satu hewan
yang memiliki kecepatan terbang 50-60 km/jam, serangga ini juga termasuk hewan
yang mampu melakukan manuver ketika di udara. Apa itu manuver?? Manuver adalah
kemampuan terbang menungkik, bahkan Capung melakukan terbang secara mundur dan
maju dan bertahan dalam satu gerakan. Dimana kemampuan terbang ini tidak
dimiliki oleh sembarang burung, hanya burung “emprit gandul” (burung yang suka
makan udang di sungai itu loh).
Inilah fakta dari sosok si Capung
sebagai bio-indikator
perairan dan lingkungan yang sehat. Ketika kawasan atau daerah kita yang dulu
saat masih kecil banyak capung, kini tidak lagi ada capung sudah dapat
dipastikan kalo kawasan/daerah yang ditempati sudah banyak tercemari. Jadi, yuk
untuk keuntungan bersama, untuk menyeimbangkan antara kehidupan alam agar lebih
harmoni lagi, kita hidupkan kembali udara bersih dengan cara peduli dengan
hewan disekitar kita. Bukankah tuhan menciptakan mahluk saling menguntungkan
satu sama lain. Masak iya akan hidup dan bergantung dengan elektronik dan
kendaraan moderen yang justru akan memunahkan mereka (loh apa hubungannya ini,
udah di hubung-hubungin aja ya ^_^ ).
Referensi :
Referensi :
Capung Sebagai Bio Indikator Perairan Dan Lingkungan Sehat
Reviewed by elisa
on
Saturday, May 10, 2014
Rating:
Sekarang udah semakin jarang ditemui ya gan :-(
ReplyDeleteIya, padahal waktu kecil, Capung banyak sekali beterbangan. Tiap sore di atas rumah ratusan capung beterangan. Prihatin
Deletenice post Elisa :)
ReplyDeleteTerimakasihh... :)
DeleteIzin share ya mbk Elisa :-)
ReplyDeleteSilakan @ruryarvianto dengan senang hati :)
Delete