Si Hati Tuan dan Si Tudung Akar Bunga Mawar
Foto : Elisa |
Suatu pagi aku berjalan di
halaman rumah. Mawar merekah, aku duduk di serambi rumah. Ku pandang bunga nan
menyejukkan mata itu. Di tempat yang berbeda, kau juga berjalan kecil diserambi
rumahmu. Sekedar melihat rerumputan yang penuh dengan embun. Kau juga duduk,
memegang ponselmu.
Ponselku berbunyi, kubuka.
Yah, kau membalas pesanku dengan sebuah senyuman. Aku tahu hatimu sering terluka
olehku. Karena aku seperti bunga yang aku pandangi ini. Aku kembali duduk, mengamati
embun di pucuk kelopak bunga mawar. Sejurus kemudian ku buka sebuah buku.
***
Aku hanya berfikir lebih
dalam, dan Aku mengkhawatirkanmu. Suatu hari, ku lihat kau menemukan bunga
mawar di tanah yang tandus. Kau bawa pulang pohon mawar yang nyaris mati itu. Kau
rawat, setiap pagi kau sirami, membersihkan dari rumput liar. Kesabaranmu telah
membuahkan hasil. Kau mendapatkan mekar bunga mawar yang begitu cantik nan
mempesona.
Suatu waktu, kau
menghampiri dan ingin mencium harumnya. Hidungmu, tanganmu dan kakimu sering
terluka oleh durinya. Sekali, dua kali kau mampu bertahan dengan luka itu, kau
tetap sabar menyirami, membuang ulat bulu yang memakan daun. Entah berapa kali
luka yang kau dapatkan. Akirnya kau akan merasa terganggu dan kesakitan, muak,
kesal, dan marah. Tapi tetaplah rawat bunga mawar yang kau pungut itu sampai
batas waktu yang telah dituliskan Tuhan. Tetaplah bersabar, karena
kesabaranmulah yang akan menyuburkan bunga mawar untuk berkembang lebih banyak.
Meskipun durinya melukaimu, sebesar kesabaranmu merawatnya, bunga itu akan
berkembang lebih banyak lagi dan lagi.
Tolong jangan lihat duri
yang melukaimu. Tetapi lihatlah mekar indahnya bunga mawar. Ingatlah semerbak
yang membuatmu girang, puas dan bahagia. Lihatlah warnanya yang merona, ronanya
hingga terpancar hingga kewajahmu yang berseri-seri, senantiasa membuatmu
selalu tersenyum. Lihatlah kerja kerasmu selama ini telah merawatnya, betapa
kau pemuda yang sempurna. Jangan lihat rumput tetangga yang lebih hijau, tapi
lihatlah rumputmu lebih hijau dibanding rumput tetangga. Karena kerja kerasmu,
kesungguhanmu, keikhlasanmu merawat bunga mawar lebih berwarna. Kau memiliki
hidup yang lengkap, dan kau juga seorang tukang kebun yang luar biasa.
Foto : Elisa |
Pertamakali mawar kau bawa
pulang, kau menancapkan batang ke tanah yang telah kau buat lubang. Saat itu
bunga mawar hanya memiliki dua pilihan (pertama), ia akan kokoh mencengkramkan tanah
hingga ke dalam. Berkat ketulusanmu, akirnya bunga mawar tumbuh subur, berbunga
banyak, mendamaikanmu dan membahagikanmu dengan tunas-tunas muda. Agar kau
tidak kecewa telah merawatnya selama ini. (dua), Bunga mawar dilanda ketakutan
karena melihat tanah halaman rumahmu yang keras dan tandus, membuatnya sangat
kesulitan untuk terus mengakar, karena tudung akar baru yang siap mencekram
tanah selalu terluka. Bunga mawar takut menembus tanah yang kering kerontang
dan gelap gulita, tidak banyak cahaya di dalam tanah. Namun karena kasih
sayangmu setiap sore kau menyirami, tudung akar itupun memiliki kekuatan
mencekram tanah dan kian kokoh mencekram tanah. Kekuatan yang kau berikan dari
hatimu.
***
Matahari mulai menyilaukan
mataku. Sinar jatuh tepat di selembar buku yang aku baca, memantul mengenai
kornea mataku. Ku tutup buku bacaanku, mengakhiri sementara kisah si tuan dan
si bunga mawar. Kau pun juga beranjak berdiri, masuk ke rumah. Kau dan Aku
adalah dua insan yang terpisah tapi saling menyatu sejak dahulu. Sejak kita
belum saling mengenal. Dan angin akan terus bergerak menggerakkan kita, entah
menggerakkan kita semakin menguat atau sebaliknya.
Si Hati Tuan dan Si Tudung Akar Bunga Mawar
Reviewed by elisa
on
Wednesday, March 19, 2014
Rating:
No comments: