IKUT GENG, BIAR AKRAB DENGAN KAKAK KELAS!
foto : Istimewa |
Seperti
yang diungkapkan oleh salah satu siswa SMA di Bantul, sebut saja dia Adi.
Pelajar berusia 17 tahun ini mengakui bahwa ia mengikuti geng di sekolahnya
sejak pertama kali masuk SMA. Dalam pengakuannya pelajar yang masuk di SMA itu
direkrut kakak kelas untuk bergabung.
“Biasanya
kami tidak menolak tawaran kakak kelas lantaran takut dikerjain”. Ungkapnya.
Selain
kesulitan menolak ajakan bergabung anggota geng, keikutsertaan mereka
dilatarbelakangi oleh kesulitan keluar dari geng setelah menjadi anggota. Ada
semacam pimpinan geng yang dianggap sebagai masterpich ataupun orang
yang paling ditakuti lantaran keberaniannya.
Semakin
sulit keluar, semakin banyak pula hal-hal negative yang dilakukan bersama
anggota geng lainnya. Hal itu timbul ketika
mereka tidak memiliki uang untuk melakukan pesta minuman keras yang notabene
sudah menjadi tradisi geng. Saat itu pula imajinasi mereka berputar untuk
menggadaikan barang-barang pribadi, dan ketika barang mereka habis, mencuri pun
menjadi jalan utama untuk melestarikan tradisi “nakal” tersebut.
“Setelah minum biasanya kami mabuk, dan
melakukan hal-hal yang dianggap orang sebagai tindak kriminal. Seperti tawuran,
bahkan teman saya ada yang sampai menghamili anak orang” tegas Adi (nama
samaran).
Berbeda
dengan pelajar yang duduk dikelas tiga, sebut saja Budi “Banyak untungya daripada
ruginya mengikuti genk. Soalnya kita bisa kenal sama genk lain dan bisa
ngabisin waktu bareng. Tidak perlu pusing mau maen sama siapa, ngumpul sama
anggota dan ngobrol udah asik kok”.
Senada
dengan pelajar yang biasa mangkal di warung makan Mbak Anik Paseban menyatakan
bahwa keuntungan mengikuti geng bisa lebih akrab dengan kakak kelas dan adik
kelas. Baginya, ikut geng bukan sebagai korban perekrutan. Sedangkan dalam
melakukan tindakan kriminal tergantung situasi dan kondisi.
“Masuk
Gang itu asyik. Anak SMA Nggak afdol kalau tidak nakal”. Ujarnya lebih lanjut.
Aktifitas
para genk sekolah tidak hanya membolos ketika jam pelajaran. sekedar kongkow di
sudut sekolah, kamar mandi, ataupun pasar. Merokok, minum minuman keras yang
kerap menimbulkan tawuran. Bahkan geng juga salah satu cara penyebaran
pemakaian narkoba. Bagi mereka merasa terlanjur basah, tanggung untuk keluar
dari geng.
“Kita
pernah ikut terlibat dalam tawuran, namun itu bukan murni kesalahan kita.
Karena kita hanya membantu teman kita yang bergabung ke geng lain”. Ungkap
Cucok (Nama Samaran).
Pelajar
sekolah di kawasan Bantul ini juga mengungkapkan bahwa beberapa dari teman
mereka mengikuti Genk karena kemauan dan inisiatif sendiri.
“Karena
aku mengidolakan genk mereka, ingin bergabung dengan mereka”. Jelasnya, sebut
saja Dodo.
Lalu
apa pendapat para pengajar disekolah tentang aktivitas gengster yang tumbuh di
setiap sekolah-sekolah, tidak hanya di Jogja saja, berlaku seluruh Indonesia.
“Geng,
sebuah komunitas yang sudah ada sejak tahun 1963. Tapi geng sekarang dengan
geng dulu berbeda”. Kata salah satu Guru di SMK 6 Yogyarta.
Tidak
tanggung-tanggung. Kegiatan mereka banyak menuai masalah sempai dikejar-kejar
polisi/Bakopar saat jam pelajaran, kecelakaan saat tawuran hingga dikeluarkan
dari sekolah lantaran hamil atau menghamili. Namun, geng di sekolah-sekolah
tersebut tidak akan musnah begitu saja selagi kebiasaan buruk mengkonsumsi
minuman keras, karena mereka tidak sadar dengan hal yang tengah dilakukan saat
mabuk.
Seperti
ungkap Guru SMK Piri 1 Yogyakarta, Rati Murahayu, S. Si. mengatakan bahwa
kemungkinan mereka bergabung dalam geng ada faktor lain. Mungkin karena mereka
kecewa dengan orang tua, akhirnya mereka melampiaskan ikut Geng semacam itu.
“Sebenarnya
anak-anak begitu juga karena tidak mempunyai harapan, selama anak-anak masih
punya harapan, harusnya kasus itu tidak ada”. Tuturnya.
Persoalan
serius adalah citra geng yang dipandang meresahkan pihak sekolah dan para orang
tua. Geng di pandang sebagai perbuatan yang seharusnya di hindari. Di sisi
lain, bagi beberapa geng tersebut menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi
mereka. Mereka puas setelah melakukan aksi tawuran sebagai bentuk ekspresi
mereka.
Tim peliput : Elisa, dkk
Diterbitkan di : Tabloit
BIAS (DIKPORA)
EDISI 6/Tahun XV/2011
IKUT GENG, BIAR AKRAB DENGAN KAKAK KELAS!
Reviewed by elisa
on
Wednesday, June 13, 2012
Rating:
No comments: