Catatan Pojok Hati
Aku tulis tulisan ini bentuk dari jeritan yang terpojok di ruang
hati yang terisolasi.
Kamis, 5 April 2012
“Kenapa kau mempersulit dirimu,
mempersulit masalah yang sebenarnya mudah jika kau berhenti, mengorbankan salah
satu. Berhenti kuliah, dan keluar dari tempat kerja sekarang, melamar pekerjaan
lain dan mulailah hidup lebih damai. Atau berhenti bekerja dan fokus kuliah
sambil memulai menulis!”, bujuk Otakku.
“Tidak!!!. Aku ingin tetap lanjut
keduanya. Aku tidak akan sia-siakan waktu yang sudah berjalan. Aku tidak mau
berhenti karena suatu keadaan yang sulit. Bagi orang lain, ini bukan masalah,
tetapi ini masalah besar bagiku. Terlanjur senang dengan apa yang aku kerjakan
ini. Bertemu dengan kawan-kawanku di kampus, dosen-dosenku, dan kawan sekerja. Sulit
aku temukan kawan seperti mereka bertiga. Kami semua keluarga besar!!!!”, jawab
hatiku
“Jika kau lanjut, akan kau apakan
itu masa depanmu. Masa depan?. Apa itu masa depan?. Cita-cita, apakah kau mampu
meraihnya!?. Toh… cita-cita akan tergilas begitu saja jika ternyata Takdir
mengatakan berbeda dengan apa yang kau cita-citakan!. Ingat kawan… kau hanya
seorang bocah kampung yang mustahil menjadi penulis dan mimpi-mimpi gilamu itu.
Menulis saja masih eceng-eceng!. Camkan itu!!”, Caci Otakku.
“Setidaknya, aku sudah berusaha
semampuku!. Jika aku melepas salah satu dari itu, maka hidupku semakin pincang.
Bahkan akan mengalami kelumpuhan total”, jawab hatiku mulai minder.
“Apa yang kau usahakan selama ini,
tidak ada usaha apa-apa. Mau apa?. Hanya omong kosong!”,
Lagi-lagi perdebatan semakin
membuatku gelisah!.
“Ingat, kesehatanmu lebih penting
dari segalanya. Ingat jika kau bersih kukuh melanjutkan keduanya justru kau
akan mengalami kepincangan. Pincang fisikmu, tugas-tugas kampus, dan
pekerjaanmu, masadepanmu. Di dunia ini tidak ada yang berjalan mulus. Dan kau
anak udik!, apakah kau mampu melewati ini. Ingat kau pas-pas san. Tak ada
modal”,
Jiwa raga, rohaniahku melamun,
melihat jalananan yang sesak oleh kendaraan bermotor. Asap-asap pun mengepul,
seperti asap penyemprot nyamuk massal.
“Aku punya modal yang orang lain
tidak miliki!. Aku bukan Anak Ingusan!. Aku Bisa Lanjut Sekolah! Dengan usahaku.
Aku bisa menjadi Penulis!, Aku Bisa Berjalan tiga langkah dalam 1 waktu. Aku
bisa apa saja yang kau katakan tidak bisa!”. Hatiku mencoba menggali power yang
jauh terperosok di ujung kaki.
“Aku tidak pandai, tetapi aku
selalu ingat kata ibuku kamu tidak perlu
menjadi orang yang pintar, cukup Ikutilah perintah gurumu. Ketika gurumu mengatakan
A, lakukan A. jangan pernah membatah, dengarkan, pelajari apa yang di ajarkan. Aku
juga bukan orang yang sama kebanyakan orang. Karena aku menyadari kemampuanku
yang terbatas, kedudukan ini memang bukan seperti orang yang mudah melakukan
segala hal. Aku hanya mempunyai Semangat!”, Hatiku mulai meletup-letup.
Otakku mulai berpihak kepada
hatiku. Bersama gerimis mahrib ini Kamis 5 April di tempat kerja, otak dan
Hatiku kembali berjalan beriringan. Melengkapi langkah yang terseok.
“Aku melakukan segala sesuatu
harus bertempur dengan ralitas kehidupan. Bahwa ini fakta, bukan imajinasi yang
selalu aku celetukkan. Tidak semudah pula menjadi apa yang aku celetukkan. Aku
berceluk bukan tanpa sadar, aku sadar, dan berharap celetukanku itu menjadi
sebuah doa bagi kawan-kawanku yang mendengarnya(baik sengaja maupun tidak
sengaja mereka dengar)”,
“Meraih esok hari pun aku harus
merayu kondisi, sekuat tenaga bersahabat dengan segala sesuatu yang sebenarnya
menyesakkan. Aku tahu bahwa kesulitan itu bukan suatu hal yang menyedihkan.
Kesulitan kepayahan itu adalah infestasi kebahagiaan di masa mendatang. Tanpa
kesulitan, seseorang tidak akan pernah merasakan kebahagiaan. Susah merupakan
barometer kebahagiaan itu sendiri. Ketika nafas nyaris berhenti di tenggorokan
dan tersenggal-senggal, bahkan jari-jari pun amat sulit untuk di gerakkan. Satu
hal yang membuatku tetap bertahan yaitu ini
hanya cara Tuhan mendewasakanku. Ini hanya Cara Tuhan menguji kesungguhanku Ini
hanya cara Tuhan agar aku mampu memahami orang lain. Ini cara Tuhan dari segala
rencana indahnya pada suatu hari. Ini hal yang sepele bagi Tuhan. Tugasku
sebagai seorang manusia, hanya cukup melakukan apa yang diinginkan Tuhan.
Melengkapi segala persyaratan yang Tuhan Ajukan kepadaku. Melakukan segala cara
baik agar Tuhan kehilangan Alasan untuk
tidak mengabulkan apa yangku inginkan. Soal Hasil… Tuhanlah yang lebih tahu
lebih detail.
Ajang berbagi,
Pelajari Hidupku, Maka kau Temukan Hidupmu
Sendiri.
Catatan
Kecil Tentang Hidup.
Elisa
Semoga catatan ini
memberi manfaat ☺.
Catatan Pojok Hati
Reviewed by elisa
on
Thursday, April 05, 2012
Rating:
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete