Batik Satu Bukti Sejarah Kitalah Taruhannya
Foto : Ist |
Batik, khususnya batik Jogjakarta dahulu hanya dipergunakan oleh para bangsawan raja Mataram. Batik Parang Kesit misalnya, di gunakan oleh keturunan bangsawan Raja untuk “Putro Kakung”. Sedangkan Parang Klitik dikenakan oleh keturunan bangsawan Raja untuk “Putri Kakung”. Untuk Motif Parang Klitik bentuknya sama dengan motif Parang Rusak, hanya saja untuk motif Parang Klitik lebih kecil dari Parang Rusak. Seiring berjalannya waktu, diumumkan bahwa batik sudah diperbolehkan digunakan oleh semua kalangan. Mulai dari situlah batik di kenal indonesia, sebelum akhirnya konflik Indonesia dengan Malesia masalah Batik bergulir panas.
Konon Batik Parang Rusak di temukan di pantai Parangtritis dan Parang Kusumo. Dulu pernah ada Raja Jogja (namanya saya Lupa) bertapa, dalam pertapaan itu ia mendapatkan wangsint, melihat tebing di sekitar Pantai Selatan dari Kejauhan. Dari kejauhan, Lekukan pada batu itu membentuk sebuah gambaran yang terlihat indah. Karena itulah mulai muncul Batik. Sekarang ikut berkembangnya zaman, batik bermuncullan dengan berbagai makna filosofi.
Batik terbagi dari banyak jenis, sekitar 300 jenis Batik. Ada Batik Klasik, Kontemporer, semua itu masih di bagi menjadi beberapa lagi. Ada Batik Pakem terdiri dari motif Palang Rusak, Sidomukti, Sidoasih dll. Batik (jogja) yang sedemikian banyak tersebut mempunyai arti filosofi. Seperti motif Sidoasih kurang lebih mengambarkan tentang proses pelamaran seseorang yang akan di persunting sang mempelai pria. Atau mengambarkan sebuah pengantin baru yang hidup bersama dalam ikatan pernikahan.
***
Mungkin hal-hal semacam inilah yang menjadikan malesia tertarik dengan batik kita (Indonesia). Kita sebagai pribumi yang pada dasarnya mengenggam hak paten akan batik. Menerima secara langsung warisan dari nenek moyang untuk menjaga batik, kita seringkali tidak mengerti dan tidak tau apa batik itu, dari mana asalnya, bahkan tidak ingin tau akan batik itu sendiri. Dengan adannya kasus batik yang di klaim oleh oleh tetangga kita. Setidaknya hal ini menjadi pembelajaran bersama.
Banyak pihak yang menyalahkan bahwa Malesia bersalah. Kita banyak meneriakkan segala kekesalan kita dengan mengeluarkan segala hewan di gembira loka diumpatkan kepada malesia. Hal ini tidak salah, hanya saja kita lihat segi manfaatnya. Meskipun kita memberikan umpatan dimana kita berjalan dan melihat berita di TV kemudian mengumpat, mereka tidak akan dengar, karena kita hanya sebagian kecil dari milyaran orang yang mereka lihat. Lalu dengan cara seperti ini apakah akan menyelesaikan masalah.
Sejak awal kita memang dihadapkan oleh paradikma yang kurang tepat. Dalam konteks peng-kleim-man batik ini misalnya. Sejak awal sebagian kita Indonesia memang tidak peduli, memandang sebelah mata akan batik. Jadi tidak salah jika malesia ingin mematenkan di negaranya, karena di negarannya sendiri dipandang sebelah mata.
Kita sebagai konsumen batik marah setengah mati. Masalahnya telah berakir pun masih diungkit-ungkit. Sedangkan beberapa pengrajin Batik paska konflik antara Indonesia dan Malesia, sekarang banyak Pengrajin Batik posisinya sedang di atas daun. Mereka mensyukuri adannya konflik ini, secara tidak langsung mereka telah berterimakasih telah membuat kekacauan untuk menyadarkan. Tanpa konflik semacam ini, banyak penerus bangsa ini yang tidak mempedulikan batik. (Elisa)
diterbitkan oleh tablid BIAS,
edisi 3, 2010
Batik Satu Bukti Sejarah Kitalah Taruhannya
Reviewed by elisa
on
Thursday, September 02, 2010
Rating:
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete