MTs. Hasyim Asya’ri Kemah di Watu Wayang
Bulan April minggu ke tiga dan ke empat adalah hari Ujian Usek khusus untuk SMA/K dan SMP. Dengan begitu tidak heran banyak kelas satu dan dua proses belajar mengajarnya di liburkan sementara. Beberapa remaja mengisi liburan sekolah untuk bermain ke Mol, Warnet, bermain Game Online atau kemana saja bersama teman-teman.
Tapi ada beberapa sekolah yang menjadikan momen-momen hari libur sekolah untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. Contohnya seperti yang dilakukan oleh MTS Hasyim asy’ari Piyungan. Berkemah di bumi Perkemahan Watu Wayang Piyungan.
Minggu, 18 April 2010 sore, Bumi Perkemahan yang berada di daerah pedesaan. Jauh dari jalan raya besar yang ramai dipadati kendaraan. Mereka yang kemah khusus untuk Kelas VII. Hal pertama yang mereka lakukan di sana adalah mendirikan tenda. Juga mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik untuk persiapan acara dimalam harinya.
Malam pertama perkemahan, dimana hanya sebuah tenda yang ditempati banyak anak. Mereka juga harus tidur beralaskan tikar yang digelar di atas rumput yang berembun dan dingin. Penerangnya hanya dari Sentir. Tapi setidaknya mereka belajar tentang kebersamaan dan kemandirian.
Malam itu banyak kegiatan yang dilakukan. Salah satunya yang paling menarik adalah acara Refleksi dan lomba CCP (Cerdas Cermat Pramuka). Setiap kelompok terdiri dari tiga orang dan diikuti lima kelompok. Juara pertama di menangkan oleh kelompok Anggrek, kedua Asta, ketiga Mawar. Kira-kirai hadianya apa ya, sayang saya tidak sempat mengintip.
***
Pagi hari setelah mereka makan pagi dan beberapa pemanasan. Mereka jalan-jalan melewati desa, sawah kemudian mendaki gunung. Di sana nampak elok pemandangan yang tergambar. Mereka juga melewati sungai yang berbatu besar dan air yang bening. Mereka istirahat di pos ke tiga sambil melihat pemandangan yang elok itu sebelum menaiki gunung.
Perjalanan kembali di teruskan dengan mendaki dan menuruni gunung. Jalan-jalan pagi itu berbeda dengan peserta pramuka kebanyakan. Hal yang membedakan sejak awal perjalanan mereka adalah, mereka menggunakan aksesoris seperti pawai. Wih... wih.... wih.... antik sekali.
Sungguh perjalanan yang jauh dan melelahkan, perjalan itu menghabiskan 3 jam perjalanan. Sungguh amat melelahkan. Pengalaman yang luar biasa. Tiba di bumi perkemahan pukul 11.30. Tepat pukul 13.00 mereka mengikuti perlombaan lagi. Mereka antusias ketika mengikuti lomba Hasta Karya. Semua berjalan dengan meriah dan menyenangkan.
Yang tidak kalah seru dari perjalanan tadi pagi yang begitu melelahkan, juga menakjubkan dengan pemandangan gunung dan sungainya. Malam terakhir ini ada pesta api unggun. Mereka bebas mengekspresikan apa yang di benak mereka.
Pentas seni pada malam itu sempat memukau ku. Beberapa anak beratraksi bermain api. Seperti badut-badut yang ada di TV-TV. Memasukkan minyak tanah ke dalam mulutnya, kemudian menyemburkannya ke oncor yang di bawanya. Weleh.... weleh.....
Satu lagi yang membuatku terpukau dengan pertunjukkan itu. Anak laki-laki beratraksi dan menari seperti pengamen jatilan di jalan-jalan. Ide gila mereka yang membuat perkemahan itu menjadi lebih hidup dan lucu. Aku pun sempat terpingkal-pingkal.
Malam telah larut, kebebasan berekspresi pun juga sudah usai. Satu Komandan pramuka mulai memberi penjalan cukup panjang. Tidak lama, anak-anak membuntuk formasi melingkar. Setiap anak menghidupkan lilin. Mereka duduk saling merapat. Mengelilingi api unggun, dan di sana mereka mulai bernyanyi dan bersama-sama mengucapkan dasa darma pramuka. Syahdu sekali!.
Hemm.... seperti inilah penerus bangsa kita. Bersama-sama membangun negara. Mewujudkan cita-cita agung negara kita. Tidak pandang bulu, dari ras mana atau dari bangsa mana. Kita semua sama. ”Bhineka Tunggal Ika”. Majulah generasi mudaku, tunjukkan semangatmu kepada Dunia.(elisa)
Di terbitkan : Tabloid BIAS
Edisi 2, Mei 2010
Tapi ada beberapa sekolah yang menjadikan momen-momen hari libur sekolah untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. Contohnya seperti yang dilakukan oleh MTS Hasyim asy’ari Piyungan. Berkemah di bumi Perkemahan Watu Wayang Piyungan.
Minggu, 18 April 2010 sore, Bumi Perkemahan yang berada di daerah pedesaan. Jauh dari jalan raya besar yang ramai dipadati kendaraan. Mereka yang kemah khusus untuk Kelas VII. Hal pertama yang mereka lakukan di sana adalah mendirikan tenda. Juga mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik untuk persiapan acara dimalam harinya.
Malam pertama perkemahan, dimana hanya sebuah tenda yang ditempati banyak anak. Mereka juga harus tidur beralaskan tikar yang digelar di atas rumput yang berembun dan dingin. Penerangnya hanya dari Sentir. Tapi setidaknya mereka belajar tentang kebersamaan dan kemandirian.
Malam itu banyak kegiatan yang dilakukan. Salah satunya yang paling menarik adalah acara Refleksi dan lomba CCP (Cerdas Cermat Pramuka). Setiap kelompok terdiri dari tiga orang dan diikuti lima kelompok. Juara pertama di menangkan oleh kelompok Anggrek, kedua Asta, ketiga Mawar. Kira-kirai hadianya apa ya, sayang saya tidak sempat mengintip.
***
Pagi hari setelah mereka makan pagi dan beberapa pemanasan. Mereka jalan-jalan melewati desa, sawah kemudian mendaki gunung. Di sana nampak elok pemandangan yang tergambar. Mereka juga melewati sungai yang berbatu besar dan air yang bening. Mereka istirahat di pos ke tiga sambil melihat pemandangan yang elok itu sebelum menaiki gunung.
Perjalanan kembali di teruskan dengan mendaki dan menuruni gunung. Jalan-jalan pagi itu berbeda dengan peserta pramuka kebanyakan. Hal yang membedakan sejak awal perjalanan mereka adalah, mereka menggunakan aksesoris seperti pawai. Wih... wih.... wih.... antik sekali.
Sungguh perjalanan yang jauh dan melelahkan, perjalan itu menghabiskan 3 jam perjalanan. Sungguh amat melelahkan. Pengalaman yang luar biasa. Tiba di bumi perkemahan pukul 11.30. Tepat pukul 13.00 mereka mengikuti perlombaan lagi. Mereka antusias ketika mengikuti lomba Hasta Karya. Semua berjalan dengan meriah dan menyenangkan.
Yang tidak kalah seru dari perjalanan tadi pagi yang begitu melelahkan, juga menakjubkan dengan pemandangan gunung dan sungainya. Malam terakhir ini ada pesta api unggun. Mereka bebas mengekspresikan apa yang di benak mereka.
Pentas seni pada malam itu sempat memukau ku. Beberapa anak beratraksi bermain api. Seperti badut-badut yang ada di TV-TV. Memasukkan minyak tanah ke dalam mulutnya, kemudian menyemburkannya ke oncor yang di bawanya. Weleh.... weleh.....
Satu lagi yang membuatku terpukau dengan pertunjukkan itu. Anak laki-laki beratraksi dan menari seperti pengamen jatilan di jalan-jalan. Ide gila mereka yang membuat perkemahan itu menjadi lebih hidup dan lucu. Aku pun sempat terpingkal-pingkal.
Malam telah larut, kebebasan berekspresi pun juga sudah usai. Satu Komandan pramuka mulai memberi penjalan cukup panjang. Tidak lama, anak-anak membuntuk formasi melingkar. Setiap anak menghidupkan lilin. Mereka duduk saling merapat. Mengelilingi api unggun, dan di sana mereka mulai bernyanyi dan bersama-sama mengucapkan dasa darma pramuka. Syahdu sekali!.
Hemm.... seperti inilah penerus bangsa kita. Bersama-sama membangun negara. Mewujudkan cita-cita agung negara kita. Tidak pandang bulu, dari ras mana atau dari bangsa mana. Kita semua sama. ”Bhineka Tunggal Ika”. Majulah generasi mudaku, tunjukkan semangatmu kepada Dunia.(elisa)
Di terbitkan : Tabloid BIAS
Edisi 2, Mei 2010
MTs. Hasyim Asya’ri Kemah di Watu Wayang
Reviewed by elisa
on
Tuesday, June 22, 2010
Rating:
No comments: