Rintihan Ibunda
Matahari membakar pelupuk ibunda
Bola matanya mengabari perihal istimewa
Ku tunggu, tetap saja diam sejuta bahasa
Tertunduk tanpa birita
Ku kecup kening ibunda
Seraya berkata
Duhai Ibunda, adakah luka di sanubari bunda?
Suasana diam bak surga
Seandainya bunda kaya
Hidup tidak di lilit hutan,
Ibadah tenang,
Naik haji tanpa beban
Tak ada hujan, tak ada petir
Perasaanku terkoyak
Aku terperosok dalam spiral ibunda
Dalam suatu rintihan yang membuatku gila
Ibunda yang ku kenal amat bersahaja
Teringat saatku kecil di rumah tetangga
Seekor kambing di sembelih
Disertai takbir yang menggema
Di situ, bunda meneteskan arimata
Hidup seorang ibunda selalu bahagia
Meski kebahagiaan itu hanyalah tempurung
Yang menyimpan derita
Untuk suatu alsan:
Sang pelipur lara dalam keluarga
ditulis oleh Elisa
Diterbitkan :
Kedaulatan Rakyat, ( Selasa Pon 16 Desember 2008)
Bola matanya mengabari perihal istimewa
Ku tunggu, tetap saja diam sejuta bahasa
Tertunduk tanpa birita
Ku kecup kening ibunda
Seraya berkata
Duhai Ibunda, adakah luka di sanubari bunda?
Suasana diam bak surga
Seandainya bunda kaya
Hidup tidak di lilit hutan,
Ibadah tenang,
Naik haji tanpa beban
Tak ada hujan, tak ada petir
Perasaanku terkoyak
Aku terperosok dalam spiral ibunda
Dalam suatu rintihan yang membuatku gila
Ibunda yang ku kenal amat bersahaja
Teringat saatku kecil di rumah tetangga
Seekor kambing di sembelih
Disertai takbir yang menggema
Di situ, bunda meneteskan arimata
Hidup seorang ibunda selalu bahagia
Meski kebahagiaan itu hanyalah tempurung
Yang menyimpan derita
Untuk suatu alsan:
Sang pelipur lara dalam keluarga
ditulis oleh Elisa
Diterbitkan :
Kedaulatan Rakyat, ( Selasa Pon 16 Desember 2008)
Rintihan Ibunda
Reviewed by elisa
on
Sunday, December 13, 2009
Rating:
No comments: