DAYA HAMBAT VITAMIN C TERHADAP KERUSAKAN MEMBRAN SEL DARAH MERAH AKIBAT FOTOSENSITISER OFLOKSASIN YANG DIINDUKSI ULTRAVIOLET
Ofloksasin merupakan derivat flouroquinolon yang memiliki efektivitas dan spektrum yang luas sebagai antibiotik, namun ofloksasin juga dapat berperan sebagai fotosensitiser sehingga menyebabkan fotohemolisis. Untuk dapat menghambatnya digunakan vitamin C. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh vitamin C sebagai penghambat fotohemolisis akibat fotosensitiser ofloksasin yang diinduksi sinar ultraviolet (UV). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan empat kelompok perlakuan, yaitu P0=10 l sel darah merah yang dimasukkan ke dalam kotak tanpa radiasi UV. P1 = Kelompok yang di dalam tabung berisi 10 l sel darah merah dengan penyinaran radiasi UV. P2 = Kelompok yang di dalam tabung berisi 10 l sel darah merah, 1 ml ofloksasin dengan penyinaran radiasi UV. P3 = Kelompok yang di dalam tabung berisi 10 l sel darah merah, 1 ml ofloksasin dan 1 l vitamin C dengan penyinaran radiasi UV. Pengukuran hemolisis sel darah merah menggunakan metode spektrofotometri yang diukur pada = 546 nm. Berdasarkan uji statistik ini disimpulkan bahwa vitamin C mempunyai peran dalam menghambat fotohemolisis akibat fotosensitiser ofloksasin yang diinduksi sinar UV.
sumber : http://one.indoskripsi.com/node/1034
KATA KUNCI : Fotosensitiser, ofloksasin, vitamin C, hemoglobin.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Fotosensitisasi adalah reaktivitas suatu senyawa sensitiser terhadap substrat biologis akibat sinar buatan atau sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet. Apabila substrat biologis tersebut berupa membran sel darah merah hingga menyebabkan lisis, maka proses tersebut dinamakan fotohemolisis (1,2).
Fotohemolisis dapat terjadi jika terdapat sinar ultraviolet dan atau fotosensitiser, yakni senyawa kimia yang dapat menyerap energi foton hingga terjadi sensitisasi. Berdasarkan asalnya, fotosensitiser dibedakan menjadi dua, yakni fotosensitiser endogen dan eksogen. Fotosensitiser endogen adalah fotosensitiser yang berasal dari dalam tubuh misalnya flavin dan porfirin, sedangkan fotosensitiser eksogen adalah fotosensitiser yang berasal dari luar tubuh misalnya kosmetik dan obat-obatan, misalnya ofloksasin (1).
Ofloksasin merupakan fotosensitiser dan antibiotik golongan quinolon berspektrum pengobatan luas. Antibiotik quinolon mengandung substituen flourin yang umum disebut sebagai flouroquinolon. Secara kimia, unsur induknya terdiri atas asam nalidiksat dan beberapa derivat mengandung inti naftaridin karboksilat. Akan tetapi, beberapa derivat diganti menjadi asam quinolinkarboksilat (1).
Menurut Shazib P, adanya fotosensitizer dengan pajanan ringan ultraviolet dapat menyebabkan efek toksik terhadap sel (3). Toksisitas ini disebabkan oleh pembentukan senyawa oksigen reaktif, yaitu 1O2 yang selanjutnya dapat merusak membran sel eritrosit. Kerusakan sel ini dipicu oleh penyerapan energi foton dari UV oleh ofloksasin sehingga menyebabkan fototoksik terhadap sel. Akan tetapi, efek fototoksik ini dapat diredam oleh antioksidan, seperti vitamin C, vitamin E, SOD dan lain-lain (3, 4, 5).
Asam askorbat atau vitamin C merupakan antioksidan eksogen penting dalam plasma, yang mengikat radikal bebas oksigen dan menjaga ?-tocopherol dalam lipoprotein (5,6). Menurut Jansen dan Erika, vitamin C dapat mengikat berbagai oksigen reaktif seperti super oksida, radikal hidroperoksil, oksigen singlet dan radikal nitrit oksida, dengan demikian secara efektif melindungi substansi lain dari kerusakan oksidatif. Pemberian sejumlah vitamin C juga dapat mencegah proses glikogenolisis selama fase oksidatif (5, 7).
Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan vitamin sebagai antioksidan telah banyak dilakukan. Akan tetapi, penggunaannya sebagai zat yang menghambat kerusakan membran sel darah merah akibat ultraviolet belum banyak diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ini.
sumber : http://one.indoskripsi.com/node/1034
KATA KUNCI : Fotosensitiser, ofloksasin, vitamin C, hemoglobin.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Fotosensitisasi adalah reaktivitas suatu senyawa sensitiser terhadap substrat biologis akibat sinar buatan atau sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet. Apabila substrat biologis tersebut berupa membran sel darah merah hingga menyebabkan lisis, maka proses tersebut dinamakan fotohemolisis (1,2).
Fotohemolisis dapat terjadi jika terdapat sinar ultraviolet dan atau fotosensitiser, yakni senyawa kimia yang dapat menyerap energi foton hingga terjadi sensitisasi. Berdasarkan asalnya, fotosensitiser dibedakan menjadi dua, yakni fotosensitiser endogen dan eksogen. Fotosensitiser endogen adalah fotosensitiser yang berasal dari dalam tubuh misalnya flavin dan porfirin, sedangkan fotosensitiser eksogen adalah fotosensitiser yang berasal dari luar tubuh misalnya kosmetik dan obat-obatan, misalnya ofloksasin (1).
Ofloksasin merupakan fotosensitiser dan antibiotik golongan quinolon berspektrum pengobatan luas. Antibiotik quinolon mengandung substituen flourin yang umum disebut sebagai flouroquinolon. Secara kimia, unsur induknya terdiri atas asam nalidiksat dan beberapa derivat mengandung inti naftaridin karboksilat. Akan tetapi, beberapa derivat diganti menjadi asam quinolinkarboksilat (1).
Menurut Shazib P, adanya fotosensitizer dengan pajanan ringan ultraviolet dapat menyebabkan efek toksik terhadap sel (3). Toksisitas ini disebabkan oleh pembentukan senyawa oksigen reaktif, yaitu 1O2 yang selanjutnya dapat merusak membran sel eritrosit. Kerusakan sel ini dipicu oleh penyerapan energi foton dari UV oleh ofloksasin sehingga menyebabkan fototoksik terhadap sel. Akan tetapi, efek fototoksik ini dapat diredam oleh antioksidan, seperti vitamin C, vitamin E, SOD dan lain-lain (3, 4, 5).
Asam askorbat atau vitamin C merupakan antioksidan eksogen penting dalam plasma, yang mengikat radikal bebas oksigen dan menjaga ?-tocopherol dalam lipoprotein (5,6). Menurut Jansen dan Erika, vitamin C dapat mengikat berbagai oksigen reaktif seperti super oksida, radikal hidroperoksil, oksigen singlet dan radikal nitrit oksida, dengan demikian secara efektif melindungi substansi lain dari kerusakan oksidatif. Pemberian sejumlah vitamin C juga dapat mencegah proses glikogenolisis selama fase oksidatif (5, 7).
Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan vitamin sebagai antioksidan telah banyak dilakukan. Akan tetapi, penggunaannya sebagai zat yang menghambat kerusakan membran sel darah merah akibat ultraviolet belum banyak diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ini.
DAYA HAMBAT VITAMIN C TERHADAP KERUSAKAN MEMBRAN SEL DARAH MERAH AKIBAT FOTOSENSITISER OFLOKSASIN YANG DIINDUKSI ULTRAVIOLET
Reviewed by elisa
on
Monday, July 27, 2009
Rating:
No comments: